Selasa, 31 Agustus 2010

MILLAH IBROHIM ( Bab I )



 



MILLAH IBROHIM
SERUAN DA'WAH PARA NABI DAN ROSUL 
Serta cara-cara Thoghut untuk melunakannya
Dan memalingkan para Da'i nya  







Penerjemah:

Abu Musa Ath Thoyyaar


                                                                         
ثُمَّ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَاكَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Kemudian Kami telah wahyukan kepadamu supaya kamu mengikuti millah Ibrohim yang haniif (lurus) dan bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik. (An Nahl: 123)



Oval: 1Pernyataan Baroo’
Kepada para thoghut di manapun dan kapanpun ia berada…
Kepada para thoghut yang berwujud pemerintah, penguasa, qoishor (sebutan penguasa romawi), kisro (sebutan penguasa persi), fir’aun (sebutan penguasa mesir) dan raja…
Kepada pembantu-pembantu mereka dan ulama’-ulama’ mereka yang menyesatkan…
Kepada loyalis-loyalis mereka, bala tantara mereka, aparat kepolisian mereka, intel-intel mereka dan penjaga-penjaga mereka…
Kepada mereka semua …kami katakan…
Sesungguhnya kami baroo’ terhadap kalian dan terhadap apa yang kalian ibadahi selain Alloh…
Kami baroo’ terhadap undang-undang kalian, manhaj-manhaj kalian, hukum kalian dan prinsip-prinsip kalian yang busuk…
Kami kufur terhadap kalian dan telah nyata permusuhan dan kebencian antara kami dan kalian selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Alloh saja…
Sungguh akan aku perangi musuhMu selama Engkau menghidupkanku…
Dan sungguh akan aku jadikan perang melawan mereka sebagai  adat kebiasaan…
Dan akan aku bongkar borok mereka di hadapan manusia…
Dan akan aku cengangkan mereka denngan lisanku yang mengatakan…
Matilah kalian dengan membawa kemarahan kalian karena Robbku mengetahui..
Kebusukan yang tersembunyi dalam hati kalian ….
Dan Allohlah yang akan membela diin dan kitabNya…
Serta RosulNya dengan ilmu dan kekuasaan…
Dan kebenaran itu adalah penopang yang tidak akan dapat dirobohkan…
Oleh seorangpun meskipun seluruh jin dan manusia berkumpul untuk melakukannya…

(Ibnul Qoyyim)






“Hal ini cukup sebagai bukti bahwa kamu berfikroh jihad dan memiliki senjata. Kami tidak menahan aktifis pergerakanpun kecuali dia memiliki buku ini.”
(Thoghut Yordania)







kata Pengantar

Oval: 2
Segala puji bagi Alloh, Wali (pelindung) orang-orang bertaqwa dan yang menterlantarkan musuh-musuh diin (Islam)…
Sebaik-baik sholawat (do’a) dan sesempurna-sempurna salam (kesejahteraan) semoga terlimpahkan kepada Nabi dan suri tauladan kami yang telah bersabda:
إن الله اتخذني خليلا كما اتخذ ابراهيم خليلا
Sesungguhnya Alloh telah menjadikanku sebagai kholiil (kekasih) sebagaimana menjadikan Ibrohim  sebagai kholiil.[1]
Wa ba’du: Buku ini saya hadirkan kepada para pembaca yang mulia dalam penampilan baru. Yang sebelumnya telah diterbitkan, dicetak dan dicopy berkali-kali dan beredar dikalangan para pemuda di seluruh dunia sebelum saya siapkan untuk dicetak. Hal itu karena dulu buku ini saya hadiahkan kepada beberapa ikhwan Al Jazaa-ir di Pakistan dalam bentuk tulisan tangan. Dan ketika itu merupakan satu pasal dari sebuah buku yang tengah saya persiapkan mengenai “Cara-cara Thoghut dalam membuat makar terhadap dakwah dan para da’i (juru dakwah)” Yaitu di saat kondisi terus berubah-rubah dan ketika masih berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain yang tidak sampai selesai. Maka para ikhwan tersebut mencetaknya dengan menggunakan peralatan mereka yang masih sederhana, akan tetapi ketika itu merupakan awal keluarnya buku ini dan penyebab beredarnya.
Kemudian ketika Alloh memberikan kemudahan dengan anugrah dan nikmatNya, saya mulai menyiapkannya untuk dicetak, terutama ketika saya telah menyaksikan sendiri selama saya ditahanan dan dipenjara, betapa marahnya musuh-musuh Alloh terhadap buku ini. Setiap kali mereka menangkap seorang ikhwan, pertama kali yang mereka tanyakan adalah masalah buku ini. Apakah dia pernah membacanya? Dan apakah dia mengenal penulisnya? Dan kepada ikhwan yang mengiyakan pertanyaan mereka, mereka mengatakan: “Hal ini cukup sebagai bukti bahwa kamu berfikroh jihad dan memiliki senjata. Kami tidak menahan aktifis pergerakanpun kecuali dia memiliki buku ini.”
Maka segala puji bagi Alloh yang telah menjadikan buku ini sebagai duri dalam tenggorokan mereka, penyumbat dalam dada mereka dan luka dalam jantung mereka. Dan saya memohon kepada Alloh supaya menaungi kami dengan kebahagiaan dan menjadikannya sebagai su’daan bagi thoghut.[2]
Demikianlah, dan semenjak dicetaknya buku ini sampai saya menulis tulisan ini saya menunggu-nunggu nasehat atau peringatan, dan saya berharap mendapatkan beberapa komentar atau kritikan dari orang-orang yang panjang lidah terhadap kami dan terhadap dakwah kami serta terhadap buku ini. Dan juga dari orang-orang yang memfitnah kami melakukan sesuatu yang tidak pernah kami lakukan. Sampai-sampai salah seorang diantara mereka ada yang ketika berkhotbah jum’at di salah satu masjid di Kuwait, ia mengatakan bahwa saya mengatakan pada jaman ini hanya saya sajalah yang sesuai dengan dengan millah Ibroiim. Ia mengatakan bahwa kami mengkafirkan semua orang. Lalu ia menyebut kami sebagai khowaarij jaman sekarang. Dan fitnah-fitnah lainnya yang tidak ada yang bisa tertipu dengannya kecuali orang-orang yang taqlid buta saja…
Adapun para thoolibul ‘ilmi (penuntut ilmu) yang pandangan mereka diterangi oleh cahaya wahyu, mereka memahami bahwa keadaan kami dengan mereka itu sebagai mana yang dikatakan dalam sya’ir:
إذا أراد الله نشر فضيلة       طويت أتاح لها لسان حسود
Dan apabila Alloh ingin menyebarkan sebuah keutamaan….
yang telah ditinggalkan, Alloh siapkan baginya lidah-lidah pendengki…
Meskipun buku ini telah lama beredar, dan meskipun banyak orang yang memusuhi dan mendengki, serta banyak orang yang mencela dan mencaci, namun sampai sekarang saya tidak mendapatkan sanggahan atau kritikan atau komentar yang berarti mengenai buku ini. Dan semua yang sampai kepadaku hanyalah perkataan-perkataan kosong yang diterima oleh orang-orang yang tidak sependapat dengan kami secara lisan dari syeikh-syeikh mereka, yang secara global adalah sebagai berikut:
-   Mereka mengatakan bahwa Alloh menyebutkan Ibrohim itu “awwaahun haliim” (sangat lembut hatinya dan sangat penyantun), karena ia membela kaumnya Nabi Luuth yang kafir, dan ini bertolak belakang dengan permusuhan mereka yang kalian katakan sebagai prinsip ajarannya.
-   Mereka mengatakan --- dan sungguh aneh apa yang mereka katakan ini --- ; Sesungguhnya kita diperintahkan untuk mengikuti jalan dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ajaran Nabi Ibrohim AS adalah syariat untuk orang-orang sebelum kita, sedangkan syariat orang-orang sebelum kita tidaklah berlaku bagi kita…
-   Mereka mengatakan; Sesungguhnya ayat yang terdapat dalam surat Al Mumtahanah yang menerangkan millah (ajaran) Nabi Ibrohim  itu madaniyah (turun setelah hijroh ke Madinah). Dengan demikian ayat tersebut turun ketika kaum muslimin memiliki daulah (negara). Atas dasar ini mereka menetapkan bahwa ayat yang agung ini hanya dilaksanakan ketika ada daulah saja…
-   Dan mereka mengatakan; Sesungguhnya hadits yang menerangkan terjadinya penghancuran berhala di Mekah itu lemah. Mereka mengatakan seperti itu bertujuan untuk membantah isi buku ini dengan cara melemahkan hadits tersebut.
Dan mungkin pembaca yang cermat akan mengkritik toleransi kami untuk tidak membantah ucapan-ucapan yang sebenarnya hanya sebagai mana yang dikatakan dalam syair:

شبه تهافت تخالها         حقا وكل كاسرٌ مكسورٌ
syubhat-syubhat berhamburan seperti kaca yang dikira….
kebenaran, padahal semuanya pecah dan memecahkan …
Akan tetapi tidak ada alasan bagiku untuk tidak membantahnya karena saya khawatir akan menipu sebagian orang atau didengar oleh orang-orang bodoh, apalagi saya tidak mendengar selain syubhat-syubhat tersebut. Maka secara ringkas saya katakan:
·  Pertama: Adapun firman Alloh SWT tentang Ibrohim yang berbunyi:
فلما ذهب عن إبراهيم الروع  وجاءته البشرى يجادلنا في قوم لوط إن إبراهيم لحليم أواه منيب
Maka ketika rasa takut Ibrohim telah hilang dan dia telah diberi kabar gembira, ia membantah Kami tentang kaum Luuth, sesungguhnya Ibrohim itu sangat penyantun, berhati lembut dan banyak bertaubat. (Huud:74-75)
Dalam ayat ini tidak ada poin yang dapat dijadikan alasan untuk memperkuat kebatilan mereka. Karena para ahli tafsir telah meriwayatkan bahwa Ibrohim membela kaun Luuth itu karena ada Luuth bukan karena mereka. Para ahli tafsir mengatakan bahwasanya ketika Ibrohim mendengar para Malaikat mengatakan:

إنا مهلكوا أهل هذه القرية
Sesungguhnya Kami akan membinasakan penduduk negeri ini. (Al ‘Ankabuut: 31)
Ia mengatakan: “Bagaimana jika diantara mereka ada lima puluh orang Islam, apakah kalian akan membinasakan mereka?
Mereka menjawab: “Tidak .”
Ia mengatakan: “Kalau empat puluh orang?”
Mereka menjawab: “Tidak.”
Ia mengatakan: “Kalau dua puluh orang?”
Mereka menjawab:”Tidak.”
Ia mengatakan:”Kalau sepuluh orang… kalau lima orang?”
Mereka menjawab:”Tidak.”
Ia mengatakan: “Kalau satu orang?”
Mereka menjawab:”Tidak.”
قال إن فيها لوطا قالوا نحن أعلم بمن فيها لننجينه
Ia mengatakan: Sesungguhnya di dalam negeri tersebut ada Luuth. Mereka menjawab: Kami lebih tahu siapa di dalamnya, kami pasti akan menyelamatkannya dan keluarganya. (Al ‘Ankabuut: 32)
Dan apa yang dikatakan para ahli tafsir ini diperkuat oleh ayat-ayat dalam Al Qur’an…
Padahal sebaik-baik penafsiran adalah penafsiran Al Qur’an dengan Al Qur’an. Dan ayat pertama yang terdapat dalam surat Huud di atas ditafsirkan oleh ayat yang terdapat dalam surat Al ‘Ankabuut, yang merupakan penafsir dan penjelas.

Alloh berfirman:
ولما جاءت رسلنا إبراهيم بالبشرى قالوا إنا مهلكوا أهل هذه القرية إن أهلها كانوا ظالمين قال إن فيها لوطا قالوا نحن أعلم بمن فيها لننجينه وأهله إلا امرأته كانت من الغابرين
Dan ketika para utusan Kami membawa kabar gembira kepada Ibrohim, mereka mengatakan: Sesungguhnya kami akan membinasakan penduduk negeri ini, karena sesungguhnya penduduknya adalah orang-orang dlolim. Ia (Ibrohim) mengatakan: Sesungguhnya di dalamnya ada Luuth. Mereka menjawab: Kami lebih tahu dengan orang yang ada di dalamnya. Kami pasti menyelamatkannya dan keluarganya, kecuali istrinya, ia termasuk orang-orang yang tertinggal. (Al ‘Ankabuut: 31-32)
Kemudian seandainya Ibrohim membela kaumnya Luuth, bukankah kita yang memahami hakekat dakwah para Nabi yang merupakan manusia yang paling kasih sayang terhadap kaum mereka, harus memahami bahwa pembelaan itu karena keinginan yang kuat untuk memberi petunjuk mereka sebelum dibinasakan.?
Bukankah orang yang mempunyai pemahaman yang benar akan memahami pembelaan yang bersifat umum ini berdasarkan sabda Nabi SAW ketika Alloh ta’aalaa mengutus seorang Malaikat penjaga gunung supaya Nabi memerintahkan kepada Malaikat tersebut untuk melakukan apa saja yang beliau kehendaki terhadap kaum beliau, ketika mereka menolak dakwah beliau. Beliau bersabda:
بل أرجو أن يخرج الله من أصلابهم من يعبد الله وحده لايشرك به شيئا
Tidak, aku berharap Alloh akan mengeluarkan dari tulang sulbi mereka keturunan yang hanya beribadah kepada Alloh saja dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun. (Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhooriy dan Muslim)
Bukankah adab yang baik dan husnudzon (berbaik sangka) kepada para Nabi itu menuntut kita untuk memahaminya seperti ini, dan menuntut untuk menghindarkan mereka dari pemahaman-pemahaman yang salah tersebut yang itu sama artinya dengan membenturkan satu ayat dengan ayat yang lainnya dan memperburuk citra dakwah para Nabi karena berarti mengganggap mereka membela kebatilan dan membela orang-orang yang mengkhianati mereka sendiri???
Padahal mereka pada dasarnya tidaklah diutus kecuali untuk baroo’ (berlepas diri dan memusuhi) kesyirikan dan para pelakunya..
Akan tetapi karena mereka tidak mendapatkan dalil-dalil yang jelas yang dapat mendukung kebatilan mereka maka merekapun menggunakan nash-nash (dalil-dalil) yang dhonniyyatud dalaalah (mengandung banyak pengertian) sesuai dengan hawa nafsu mereka, lalu mereka mentakwilkannya dengan pemahaman-pemahaman yang salah untuk menyerang nash-nash yang jelas dan qoth’iy. Seperti firman Alloh ta’aalaa yang terdapat dalam surat Al Mumtahanah yang dengan sangat jelas mengatakan:
قد كانت لكم أسوة حسنة في إبراهيم و الذين معه إذ قالوا لقومهم إنا برءاؤا منكم ومما تعبدون من دون الله
Sungguh telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada Ibrohim dan orang-orang yang bersamanya ketika mereka mengatakan kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami baroo’ (berlepas diri dan memusuhi) kepada kalian dan kepada apa yang kalian ibadahi selain Alloh. (Al Mumtahanah: 4)
Perhatikanlah bagaimana Alloh ta’aalaa menyatakannya sebagai suri tauladan bagi kita … kemudian setelah itu diikuti penekanan. Alloh ta’aalaa berfirman:
لقد كان لكم فيهم أسوة حسنة لمن كان يرجو الله
Sungguh benar-benar ada suri tauladan yang baik pada mereka bagi orang yang mengharap kepada Alloh. (Al Mumtahanah: 6)
Maka perhatikanlah bagaimana mereka berpaling dari nash yang jelas dan gamblang ini lalu mereka mengandalkan ayat yang terdapat dalam surat Huud di atas yang pada penutupannya Alloh ta’aalaa berfirman:
يا إبراهيم أعرض عن هذا
Wahai Ibrohim berpalinglah dari ini.
Maka renungkanlah bagaimana syetan mempermainkan mereka. Dan pujilah Ilaah (tuhan) mu atas petunjukNya kepadamu kepada kebenaran yang nyata:
واجعل لقلبك مقلتين كلا هما     من خشية الرحمن باكيتان
لو شاء ربك كنت أيضا مثلهم     فالقلب بين أصابع الرحمن
Dan buatlah untuk hatimu dua mata yang keduanya..
Menangis karena takut kepada Ar Rohmaan..
Seandainya Robbmu menghendaki tentu kamu juga seperti mereka ..
Karena hati itu berada di antara dua jari-jari Ar Rohmaan..
·  Kedua: Adapun perkataan mereka yang berbunyi; Sesungguhnya millah (ajaran) Nabi Ibrohim itu adalah syariat untuk orang-orang sebelum kita sedangkan syariat orang-orang sebelum kita tidak berlaku bagi kita. Perkataan ini sangatlah aneh. Karena tidakkah mereka memperhatikan firman Alloh ta’aalaa yang sangat jelas yang berbunyi :
قد كانت لكم أسوة حسنة في إبراهيم و الذين معه إذ قالوا لقومهم إنا برءاؤا منكم ومما تعبدون من دون الله كفرنا بكم وبدا بيننا وبينكم العداوة و البغضاء أبدا حتى تؤمنوا بالله وحده
Sungguh ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada Ibrohim dan orang-orang yang bersamanya, ketika mereka mengatakan kepada kaum mereka; Sesungguhnya kami baroo’ (lepas diri dan memusuhi) kepada kalian dan apa yang kalian ibadahi selain Alloh. Kami kufur (ingkar) kepada kalian, dan telah nyata permusuhan dan kebencian antara kami dan kalian selamanya sampai kalian hanya beriman kepada Alloh saja…(Al Mumtahanah: 4)
Sampai firmanNya yang berbunyi:
لقد كان لكم فيهم أسوة حسنة لمن كان يرجو الله و اليوم الآخر ومن يتول فإن الله هو الغني الحميد
Sungguh benar-benar ada suri tauladan yang baik pada mereka bagi orang-orang yang mengharap kepada Alloh dan hari akhir. Dan barangsiapa berpaling maka sesungguhnya Alloh itu Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Al Mumtahanah: 6)
Dan apakah mereka tidak memperhatikan firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
ومن يرغب عن ملة إبراهيم إلا من سفه نفسه
Dan tidaklah ada orang yang membenci millah (ajaran) Ibrohim kecuali orang yang membodohi dirinya sendiri.
Dan firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
ثُمَّ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَاكَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Kemudian Kami telah wahyukan kepadamu supaya kamu mengikuti millah Ibrohim yang lurus dan tidaklah dia termasuk orang-orang musyrik. (An Nahl: 123)
Dan berapa banyak hadits shohih yang menyebutkan bahwa Rosululloh mewasiyatkan agar mengikuti millah (ajaran) Ibrohim yang haniif (lurus) dan samhah (toleran). Nash-nash tersebut banyak dan menerangkan secara jelas bahwasanya ajaran Nabi SAW dan pokok dakwahnya adalah baroo’ (berlepas diri dan memusuhi) kepada orang-orang kafir, kepada sesembahan-sesembahan mereka yang palsu dan kepada syariat-syariat mereka yang batil, yaitu sama dengan ajaran Nabi Ibrohim AS.
Dan dalam sebuah hadits muttafaq ‘alaih (disepakati oleh Al Bukhooriy dan Muslim) disebutkan:
الأنبياء أولاد علات
Para Nabi itu adalah anak dari satu bapak dari ibu yang berbeda-beda.
Artinya prinsip mereka satu meskipun cabang-cabangnya berbeda-beda. Dan pembahasan yang paling inti dalam buku ini adalah dasar dan konsekuensi tauhid yang berupa baroo’ kepada kesyirikan dan memusuhi para pelakunya. Dan telah kita ketahui bersama bahwasanya dalam masalah ini tidak ada nasakh (penghapusan hukum) dan tidak disebut sebagai syariat orang-orang sebelum kita karena syariat para Nabi dalam masalah dasar-dasar tauhid dan baroo’ kepada kesyirikan dan kepada pelakunya adalah sama.
Alloh ta’aalaa berfirman:
ولقد بعثنا في كل أمة رسولا أن اعبدوا الله و اجتنبوا الطاغوت
Dan sungguh telah Kami utus pada setiap umat seorang Rosul yang berseru: Beribadahlah kalian kepada Alloh dan jauhilah thoghut. (An Nahl: 36)
Dan Alloh ta’aalaa berfirman:
وما أرسلنا من قبلك من رسول إلا نوحي إليه أنه لا إله إلا أنا فاعبدون
Dan tidaklah Kami utus seorang Rosulpun sebelum kamu kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Ilaah (tuhan yang berhak diibadahi) kecuali Aku maka beribadahlah kepadaKu. (Al Anbiyaa’: 25)
Dan Alloh ta’aalaa berfirman:
شرع لكم من الدين ما وصى به نوحا و الذي أوحينا إليك وما وصينا به إبراهيم
Alloh telah mensyariatkan diin kepada kalian yang mana telah diwasiyatkan kepada Nuuh dan yang telah Kami wahyukan kepadamu dan yang telah Kami wasiyatkan kepada Ibrohim. (Asy Syuuroo: 13)
·  Ketiga: Adapun perkataan mereka yang berbunyi; Sesungguhnya ayat yang terdapat dalam surat Al Mumtahanah tersebut madaniyah (turun setelah hijroh ke Madinah) yang turun ketika kaum muslimin memiliki daulah (negara).
Kami jawab: Sesungguhnya Alloh ta’aalaa telah menyempurnakan diinNya untuk kita dan telah mencukupkan nikmatNya kepada kita. Oleh karena itu barang siapa hendak membeda-bedakan apa yang Alloh ta’aalaa turunkan dengan alasan bahwa yang sebagian madaniy dan sebagian makkiy maka dia harus mendatangkan dalil syar’iy tentang apa yang ia inginkan itu, dan kalau dia tidak sanggup maka dia termasuk orang-orang yang dusta. Alloh ta’aalaa berfirman:
قل هاتوا برهانكم إن كنتم  صادقين
Katakanlah: Datangkanlah dalil kalian jika kalian benar.
Dan membuka permasalahan ini tanpa ada landasan syar’iy atau dalil, sebenarnya adalah membuka pintu yang besar untuk keburukan dalam diin Alloh ta’aalaa. Dan ini mengandung penolakan terhadap dalil-dalil syar’iy. Seandainya mereka mengatakan bahwa menampakkan ajaran yang agung ini tergantung dengan kemampun tentu kami tidak akan membantahnya. Namun mereka mematikannya dengan alasan ayatnya madaniyah yang turun ketika kaum muslimin memiliki daulah (negara). Padahal Nabi Ibrohim dan orang-orang yang bersamanya ketika mereka menyatakannya dengan terang-terangan mereka adalah mustadl’afiin (lemah dan tertindas) dan mereka tidak mempunyai daulah. Namun demikian Alloh ta’aalaa menerangkan bahwa pada diri mereka terdapat suri tauladan yang baik bagi orang yang mengharapkan Alloh ta’aalaa dan hari akhir. Dan telah kita ketahui bersama bahwa Nabi SAW mengikuti jejak mereka. Oleh karena itu misi utama dakwah beliau sepanjang hidupnya baik semasa di Mekah maupun di Madinah adalah menerangkan tauhid dan baroo’ kepada kesyirikan dan kepada apa-apa yang berkaitan dengannya dan yang merupakan konsekuensi-konsekuensinya yang merupakan ikatan iman yang paling kuat… dan sejarah beliau SAW menjadi saksi atas hal itu, yang diantara contohnya telah saya sebutkan dalam dalam buku ini …
Kemudian seandainya apa yang mereka katakan bahwa ayat yang terdapat dalam surat Al Mumtahanah itu madaniyah, itu benar ..
Lalu apakah surat yang menerangkan baroo’ kepada kesyirikan itu juga demikian ??
قل يا أيها الكافرون لا أعبد ما تعبدون
Katakanlah: Wahai orang-orang kafir, aku tidak beribadah kepada apa yang kalian ibadahi.
Sampai:
لكم دينكم و لي دين
Bagi kalian diin kalian dan bagi kami diin kami. (Al Kaafiruun: 1-6)
Dan apakah firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
تبت يدا أبي لهب وتب
Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan celakalah dia. (Al Masad: 1)
Sampai ayat terakhir, juga demikian?? Dan firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
أفرأيتم اللاتى والعزى و مناة الثالثة الأخرى ألكم الذكر وله الأنثى تلك إذا قسمة ضيزى إن هي إلا أسماء سميتموها أنتم وأباؤكم ما أنزل الله  بها من سلطان
Tidakkah kalian melihat kepada Laata dan ‘Uzzaa. Dan yang ketiga adalah Manaat. Apakah untuk kalian laki-laki sedangkan untukNya (Alloh) perempuan? Kalau demikian itu adalah pembagian yang tidak adil. Sesungguhnya semua berhala-berhala itu hanyalah nama-nama yang kalian dan bapak-bapak kalian buat yang Alloh tidak menurunkan keterangan tentangnya. (An Najm: 19-23)
Dan serupa juga firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
إنكم وما تعبدون من دون الله حصب جهنم أنتم لها واردون لو كان هؤلاء آلهة ما وردوها وكل فيها خالدون
Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian ibadahi selain Alloh adalah bahan bakar jahannam. Kalian akan memasukinya. Seandainya mereka itu benar-benar ilaah (tuhan yang berhak diibadahi) tentu mereka tidak akan masuk jahannam. Dan mereka semua kekal di dalamnya. (Al Anbiyaa’: 98-99)
Dan banyak lagi ayat-ayat yang semacam dengan ini.
Dan telah saya sebutkan dalam buku ini firman Alloh ta’aalaa yang menceritakan tentang NabiNya:
وإذا رءاك الذين كفروا إن يتخذونك إلا هزوا أهذا الذي يذكر آلهتكم
Dan apabila orang-orang kafir melihatmu, tidak lain mereka akan hanya mengejekmu, dengan mengatakan: Apakah orang ini yang menyebut ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) kalian.
Firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
يذكر آلهتكم
Menyebut ilaah-ilaah kalian.
Artinya adalah baroo’ (berlepas diri dan memusuhi) kepada ilaah-ilaah tersebut dan kepada orang-orang yang beribadah kepada ilaah-ilaah tersebut, mengkufurinya dan membodoh-bodohkannya… apakah ini semua hanya dilakukan di Madinah saja? Bagaimana sedangkan ayat-ayat tersebut adalah Makkiyah?? Dan ayat-ayat yang serupa banyak.
·  Keempat: Sebagian mereka mengatakan bahwa hadits yang menyebutkan bahwa Nabi menghancurkan berhala ketika masih di Mekah adalah hadits dlo’iif (lemah). Dan dengan begitu mereka mengira telah melumpuhkan poin yang paling urgen dalam buku ini yang berupa ajaran Islam yang agung ini.
Kami jawab: Pertama: Hadits ini diriwayatkan dengan sanad hasan di dalam Musnad Imam Ahmad I/84.
‘Abdulloh berkata: Bapakku telah bercerita kepadaku, ia mengatakan: Al Asbaath bin Muhammad telah bercerita kepada kami, ia dari Abu Maryam, Abu Maryam dari ‘Aliy RA, ia mengatakan: Saya pergi bersama Nabi SAW menuju ka’bah. Lalu Rosululloh bersabda kepadaku:
اجلس
Duduklah !
Lalu beliau naik ke atas pundakku, kemudian aku berusaha untuk berdiri. Ketika beliau melihat saya tidak kuat beliau turun dan duduk untukku, lalu beliau bersabda:
اصعد على منكبي
Naiklah ke atas pundakku.
Maka akupun naik ke atas pundak beliau. Lalu beliau berdiri mengangkatku. Beliau seolah-olah memberi isyarat kepadaku supaya aku menggapai atap lalu naik ke atas ka’bah yang di atasnya terdapat patung-patung yang terbuat dari kuningan atau tembaga. Lalu aku goyangkan ke kanan dan ke kiri, kedepan dan ke belakang. Sampai setelah saya berhasil menggoyangnya Rosululloh bersabda kepadaku:
اقذف به
Lemparkan dia!
Maka saya lemparkan sehingga pecah seperti gelas yang pecah. Kemudian saya turun. Maka saya dan Nabi cepat-cepat pergi sehingga kami bersembunyi di antara rumah-rumah karena khawatir ada orang yang memergoki kami.”
Saya katakan: Asbaath bin Muhammad adalah tsiqqoh  (terpercaya). Ia dlo’iif (lemah) hanya ketika meriwayatkan dari Ats Tsauriy, sedangkan di sini dia tidak meriwayatkannya darinya.
Sedangkan Nu’aim bin Hakiim Al Madaa-iniy; dia dinyatakan tsiqqoh oleh Yahyaa bin Ma’iin dan Al ‘Ijliy sebagaimana yang disebutkan dalam buku Taariikhu Baghdaad XIII/303.
Dan ‘Abdulloh bin Ahmad bin Hambal mengatakan dalam Musnad juga (I/151):”Nash-r bin ‘Aliy menceritakan kepadaku, ia mengatakan; ‘Abdulloh bin Dawud telah bercerita kepadaku, ia dari Nu’aim bin Hakiim, ia dari ‘Aliy RA, ia berkata: “Dulu di atas ka’bah itu ada beberapa berhala. Lalu saya berusaha mengangkat Nabi SAW namun saya tidak kuat. Maka beliau mengangkatku, maka saya pecahkan berhala-berhala tersebut, dan kalau saya mau saya akan menggapai langit.”
Dan Al Haitsamiy mencantumkan hadits ini dalam Majma’uz Zawaa-id VI/23 Bab “Taksiiruhu SAW Al Ashnaam”. Uqbah mengatakan: “Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad, dan anaknya (yaitu ‘Abdulloh bin Ahmad-pentj), Abu Ya’laa dan Al Bazzaar dengan tambahan setelah perkataannya yang berbunyi “sampai kami bersembunyi di antara rumah-rumah” dengan tambahan yang berbunyi: “Sehingga tidak ditaruh berhala lagi di atasnya setelah itu”. Ia mengatakan: “Semua rijaal (sanad) nya tsiqqoh.”
Dan Al Khothiib Al Baghdaadiy mengatakan dalam Taariikhu Baghdaad XIII/302,303: “Abu Nu’aim Al Haafidh Imlaa’ telah bercerita kepada kami, ia mengatakan Abu Bak-r Ahmad bin Yusuf bin Khollaad telah bercerita kepada kami, ia mengatakan; Muhammad bin Yuunus telah bercerita kepada kami, ia mengatakan; ‘Abdulloh bin Dawud Al Khuroiyiy telah bercerita kepada kami, ia dari Nu’aim bin Hakiim Al Madaa-iniy, ia mengatakan; Abu Maryam telah bercerita kepadaku, ia dari ‘Aliy bin Abiy Thoolib, ia mengatakan; Rosululoloh SAW pergi bersamaku menuju berhala-berhala. Lalu beliau bersabda:
اجلس
Duduklah!
Maka saya duduk di samping ka’bah. Kemudian Rosululloh SAW naik ke atas pundakku. Kemudian beliau bersabda:
انهض بي إلى الصنم
Angkatlah aku ke berhala.
Maka akupun bangun mengangkatnya, namun ketika beliau melihat aku tidak kuat berada di bawah, beliau bersabda:
اجلس
Duduklah
Maka sayapun duduk dan saya turunkan beliau dari atas pundakku. Lalu Rosululloh duduk untuk mengangkatku kemudian bersabda kepadaku:
يا علي اصعد على منكبي
Wahai ‘Aliy naiklah ke atas pundakku.
Maka akupun naik ke atas pundak beliau. Kemudian beliau mengangkatku. Sesudah mengangkatku beliau mengisyaratkan supaya aku menggapai atap dan aku naik ke atas ka’bah dan Rosululloh pun memiringkan badannya. Kemudian saya lemparkan berhala mereka --- berhala Quroisy --- yang paling besar. Berhala tersebut terbuat dari tembaga yang diberi pasak dari besi yang ditancapkan ke bumi. Maka Rosululloh SAW bersabda:
إيه ، إيه، إيه
Ih…ih..ih…
Maka saya terus berusa menggoyangnya sampai berhasil. Lalu beliau bersabda:
دقه
Hancurkan dia!
Maka saya hancurkan dan saya pecahkan dia. Kemudian saya turun.”
Saya katakan: Abu Maryam adalah Qois Ats Tsaqofiy Al Madaa-iniy. Ia meriwayatkan dari ‘Aliy, dan Nu’aim bin Hakiim meriwayatkan darinya. Ia dicantumkan oleh Ibnu Hayyaan dalam daftar orang-orang tsiqqoh. Dan An Nasaa-iy menyatakannya sebagai orang tsiqqoh, akan tetapi ia adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Al Haafidz Ibnu Hajar: “Ia diragukan ketika mengatakan bahwa Abu Maryam Al Hanafiy adalah Qois. Dan yang benar bahwa yang disebut Qois itu adalah Abu Maryam Ats Tsaqofiy … sampai ia mengatakan: Yang ada dalam nus-khoh (salinan) buku At Tamyiiz karangan An Nasaa-iy yang saya dapatkan adalah Abu Maryam Ats Tsaqofiy, memang ia disebutkan dalam buku At Tamyiiz.. Adapun Abu Maryam Al Hanafiy tidak disebutkan oleh An Nasaa-iy karena ia tidak menyebutkan kecuali orang yang ia kenal.”
Dan orang-orang yang mempermasalahkan hadits ini terbalik dalam memahami dua orang ini.. ia juga dinyatakan tsiqqoh oleh Adz Dzahabiy dalam buku Al Kaasyif III/376. Ia juga dicantumkan oleh Ibnu Abiy Haatim dalam buku Al Jarh Wat Ta’diil dan oleh Al Bukhooriy dalam buku At Taariikh Al Kabiir namun ia tidak mengomentarinya baik berupa jarh (cacat) atau ta’diil (dapat dipercaya).. maka dia bukanlah Al Hanafiy dan juga bukan Al Kuufiy. Silahkan lihat buku Miizaanul I’tidaal IV/573.
Dan hadits ini dinyatakan shohiih oleh Ahmad Syaakir. Ia mengatakan dalam catatan kaki tahqiiqnya terhadap Al Musnad II/58: “Isnaad nya shohiih. Nu’aim bin Hakiim dinyatakan tsiqqoh oleh Ibnu Ma’iin dan yang lainnya. Dan Al Bukhooriy mencantumkan biografinya dalam At Taariikhul Kabiir IV/2/99), namun dia tidak menyebutkan adanya jarh (cacat) padanya … ia mengatakan: Dan yang jelas peristiwa ini terjadi sebelum hijroh.”
Saya katakan: Namun demikian kami telah katakan dalam buku ini setelah kami menyitir hadits ini: “Namun demikian kami katakan seandainya hadits Nabi SAW yang menceritakan tentang penghancuran berhala di Mekah ketika dalam keadaan lemah dan tertindas tersebut tidak shohiih, namun beliau SAW sangat kuat dalam mengikuti millah (ajaran) Nabi Ibrohim. Sehingga beliau sekalipun tidak pernah bermudaahanah (kompromi) dengan orang-orang kafir, dan beliau tidak pernah tinggal diam terhadap kebatilan dan ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) mereka. Akan tetapi sebaliknya konsentrasi dan kesibukan beliau selama tiga belas tahun dan bahkan tahun-tahun setelahnya adalah:
اعبدوا الله و اجتنبوا الطاغوت
Beribadahlah kalian kepada Alloh dan jauhilah thoghut. (An Nahl: 36)
Maka beliau tinggal di tengah-tengah berhala selama tiga belas tahun itu bukan berarti beliau memujinya atau bersumpah untuk menghormatinya ..” sampai kami katakan: ”Bahkan beliau menyatakan baroo’nya kepada orang-orang musyrik dan perbuatan-perbuatan mereka. Beliau juga menunjukkan pengingkaran beliau terhadap ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) mereka meskipun beliau dan para sahabat dalam keadaan lemah dan tertindas. Dan hal ini telah saya jelaskan kepada anda pada pembahasan-pembahasan yang lalu, dan seandainya anda memperhatikan Al Qur’an yang Makkiy (yang turun sebelum hijroh ke Madinah) tentu anda akan banyak memahami tentang masalah ini … dst.”
Dengan demikian permasalahan ini tidak sebagaimana yang mereka kira, hanya berdasar dengan satu hadits, sehingga dapat dibantah dengan mendlo’iifkannya. Akan tetapi ia mempunyai syawaahid (penguat-penguat) yang besar, dalil-dalil yang jelas, dasar-dasar yang kuat dan landasan-landasan yang kokoh berupa dalil-dali syar’iy yang tidak akan dapat dibantah keculi oleh orang yang sombong dan ingkar.
فالحق ركن لا يقوم لهده     أحد ولو جمعت له الثفلان
kebenaran adalah sebuah penopang yang tidak dapat dirobohkan..
oleh seorangpun meskipun seluruh jin dan manusia berkumpul untuk melakukannya…
Mungkin ini cukup bagi orang yang ingin mencari kebenaran.
Dan sebelum saya tutup kata pengantar ini, saya ingin menambahkan dalam kata pengantar ini sebuah kejadian. Yaitu bahwasanya saya pernah berdiskusi dengan beberapa orang anggota partai politik irjaa-iy (berpaham murji-ah) yang terkenal di dalam penjara seputar masalah iman dan hal-hal yang berkaitan dengannya…
Dan di antara mereka ada yang merupakan tokoh mereka. Di antara alasan mereka untuk membela para tentara kesyirikan dan undang-undang adalah peristiwa yang dilakukan oleh Haathib bin Abiy Balta’ah dan Abu Lubaabah Al Anshooriy. Ia mengatakan bahwa Haathib telah menjadi mata-mata bagi orang-orang kafir dan telah berwala’ kepada mereka, dan Abu Lubaabah telah mengkhianati Alloh dan RosulNya. Namun demikian Rosululloh tidak mengkafirkan keduanya.[3] Dari situ dia mengkiyaskan (menyamakan) para tentara pembela kesyirikan dan undang-undang yang memerangi syariat Islam dan yang memusuhi orang-orang yang menjalankan syariat Islam, dengan perbuatan dua orang sahabat yang mulia tersebut. Oleh karena itu para pembela dan para tentara thoghut yang menghabiskan umur mereka untuk menjaga kesyirikan, undang-undang dan singgasana thoghut, dan untuk memerangi syariat Islam dan orang-orang yang melaksanakannya, mereka itu tidak boleh dikafirkan karena kejahatan mereka tidak melebihi perbuatan Haathib dan Abu Lubaabah…! Bahkan lebih dari itu, ia sangat marah ketika kami menukil perkataannya. Saya katakan bahwasanya ia mengatakan; Para tentara kesyirikan dan undang-undang tersebut tidak kafir. Akan tetapi ia mengatakan; bahwa mereka itu orang-orang dholim dan jahat. Ia marah dan mengatakan bahwa kami telah merubah perkataannya ketika menukil perkataannya, karena sesungguhnya ia tidak mengatakan bahwa mereka itu dholim dan jahat, akan tetapi ia hanya mengatakan sebagai bentuk pembelaan: “Mereka itu sebagiannya bisa jadi dholim atau jahat.” Artinya disesuaikan dengan kondisi mereka masing-masing, bukan disesuaikan dengan perbuatan dan pembelaan mereka terhadap thoghut, dan perang yang mereka lancarkan kepada syariat Islam dan kepada orang-orang yang melaksanakannya.
Maka saya katakan kepada mereka: Sungguh aneh kalian ini, kalian merasa keberatan jika para tentara thoghut dan kesyirikan itu dikatakan sebagai orang-orang dholim dan jahat, namun kalian tidak merasa keberatan mengatakan bahwa Haathib telah berwalaa’ (loyal) kepada orang-orang kafir dan menjadi mata-mata mereka, dan bahwa Abu Lubaabah telah mengkhianati Alloh dan RosulNya!! Di sinilah kami berpisah dengan mereka..
Dan ketika sebagian orang Islam yang berada di penjara berusaha untuk mendamaikan dan mengumpulkan kami, maka terjadilah beberapa pembicaraan antara kami, dan ternyata ia tetap bersikukuh dengan perkataannya. Maka saya katakan kepada mereka: Saya tidak senang berteman dengan kalian karena kalian tidak merasa keberatan untuk mencela sahabat dan mengatakannya telah berkhianat padahal kalian keberatan untuk mengatakan dholim dan jahat kepada musuh Alloh ta’aalaa dan tentara-tentara thoghut.. oleh karena itu kami tidak senang berteman dengan kalian namun kami hanya menunjukkan sikap baik saja kepada kalian dan kami berusaha menjauhkan diri dari kalian karena kita sedang berada dalam penjara dan di tengah-tengah musuh-musuh Alloh ta’aalaa.[4] Di sini juru bicara mereka marah dan mengeluarkan apa yang sebelumnya mereka simpan dalam dadanya, ia mengatakan: “Kamu memang benar-benar orang yang menyerukan millah (ajaran) Ibrohim. Dan orang yang menyerukan millah Ibrohim adalah orang yang politiknya membingungkan. Ia menyerukan kepentingan Yahudi dan Nasrani, yang mana mereka itu adalah keturunan Ibrohim.” Dan saya tidak menceritakan kejadian ini kecuali hanya untuk menyampaikan kata-kata ini, yang merupakan bukti siapa sebenarnya mereka itu..
Maka saya tidak tahu apa yang harus saya katakan terhadap perkataan mereka ini??
Dan bagaimana kami harus menjawab orang-orang yang menyerang penegakan khilafah, sedangkan mereka tidak bisa membedakan antara istilah “abnaa-u Ibrohim” (anak keturunan Ibrohim) yang dipromosikan oleh thoghut supaya mereka bersaudara dan berdamai dengan Yahudi. Yaitu sebuah istilah yang digunakan untuk menghancurkan ikatan iman yang paling kuat, mencairkan prinsip ajaran Islam dan meruntuhkan dasar-dasar Al Walaa’ (loyalitas) dan Al Baroo’ (permusuhan) .. dan Alloh ta’aalaa telah menjawab mereka dengan berfirman:
ما كان إبراهيم يهوديا ولا نصرانيا ولكن كان حنيفا مسلما وما كان من المشركين
Bukanlah Ibrohim itu seorang Yahudi atau seorang Nasrani akan tetapi dia adalah seorang muslim yang haniif (lurus) dan dia tidaklah termasuk orang-orang musyrik. (Ali ‘Imroon: 67)
Mereka tidak bisa membedakan istilah tersebut dangan istilah “millah Ibrohim” (ajaran Nabi Ibrohim) yang memisahkan antara bapak dan anak. Karena ia merupakan furqoon (pemisah) antara wali-wali Rohmaan dan wali-wali Syetan, yang Alloh ta’aalaa firmankan dalam Al Qur’an:
ومن يرغب عن ملة إبراهيم إلا من سفه نفسه
Dan tidak ada yang membenci millah (ajaran) Ibrohim kecuali orang yang mebodohkan dirinya sendiri. (Al Baqoroh: 130)
Dan masalah ini telah saya terangkan secara detail dalam buku ini… maka perhatikanlah dan jangan kau hiraukan hasutan orang-orang yang tidak sependapat.
Demikianlah wahai saudara dalam satu tauhid. Namun sangat disayangkan semenjak buku ini dicetak saya belum pernah menerima dari orang-orang yang tidak sependapat dan dari orang-orang yang mencela kami dan dakwah kami kecuali celaan-celaan semacam ini yang tidak perlu kami bantah … seandainya bukan karena kami memahami kondisi orang-orang yang hidup pada zaman ini dan mulai kaburnya ajaran Islam yang agung ini di kalangan mereka dan bahwasanya di antara mereka ada yang suka mendengar dari orang-orang sesat yang Alloh ta’aalaa sebutkan dalam awal-awal surat Ali ‘Imroon..
Maka saya memohon kepada Alloh ta’aalaa agar membela diinNya dan menghinakan musuh-musuhNya..
Dan agar menjadikan kami sebagai pembela ajaran ini dan sebagai tentara dan pasukannya sepanjang hidup kami, dan agar menerima amal kami dan agar mengakhiri kehidupan kami dengan mati syahid di jalanNya.. sesungguhnya Ia Maha Pemurah lagi Maha Mulia..
Dan semoga Alloh ta’aalaa melimpahkan sholawat Nya kepada NabiNya Muhammad dan kepada seluruh keluarga dan sahabatnya…

Abu Muhammad



 
Penjelasan Tentang Millah Ibrohim
 
 
“Tidak bisa dibayangkan ada orang yang memahami dan mengamalkan tauhid namun dia tidak memusuhi orang-orang musyrik. Dan orang yang tidak memusuhi mereka tidak bisa dikatakan dia telah memahami dan mengamalkan tauhid.”
(Syaikh ‘Abdul Lathiif bin ‘Abdur Rohmaan)


Atas nama Alloh, Dialah yang mencukupiku dan Dia adalah sebaik-baik Penjamin.

PEMBAHASAN PERTAMA:
Oval: 3Penjelasan Tentang Millah Ibrohim

Alloh ta’aalaa berfirman mengenai millah Ibrohim:
ومن يرغب عن ملة إبراهيم إلا من سفه نفسه
Dan tidak ada yang benci terhadap millah Ibrohim kecuali orang yang membodohi dirinya sendiri. (Al Baqoroh: 130)
Alloh ta’aalaa juga berfirman kepada NabiNya Muhammad SAW:
ثم أوحينا إليك أن اتبع ملة إبراهيم حنيفا وما كان من المشركين
Kemudian Kami telah wahyukan kepadamu supaya kamu mengikuti millah Ibrohim yang haniif (lurus) dan bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik. (An Nahl: 123)
Demikianlah Alloh ta’aalaa menerangkan manhaj dan jalan kepada kita secara jelas dan gamblang… bahwa jalan yang benar dan manhaj yang lurus itu … adalah millah Ibrohim… tidak ada yang samar dan tidak ada yang rancu padanya. Barang siapa membenci jalan ini dengan alasan untuk kemaslahatan (kepentingan) dakwah atau dengan alasan bahwa jalan ini akan menimbulkan fitnah dan bencana bagi kaum muslimin atau dengan alasan-alasan yang tidak benar lainnya… yang dihembuskan syetan ke dalam jiwa orang-orang yang lemah imannya… maka dia adalah orang yang bodoh, ia tertipu. Ia menyangka bahwa dirinya lebih tahu tentang metode dakwah dari pada Nabi Ibrohim AS yang Alloh ta’aalaa puji dalam firmanNya:
ولقد آتينا إبراهيم رشده
Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrohim petunjuk kebenaran. (Al Anbiyaa’: 51)
Dan dalam firmaNya:
ولقد اصطفيناه في الدنيا وإنه في الآخرة لمن الصالحين
Dan telah Kami pilih dia di dunia, dan di akherat dia termasuk orang-orang yang sholih. (Al Baqoroh: 130)
Alloh ta’aalaa memuji dakwahnya dan memerintahkan kepada penutup para Nabi dan Rosul (Nabi Muhammad) agar mengikutinya, dan Alloh ta’aalaa menjadikan kebodohan itu bagi orang yang membenci jalan dan manhajnya. Dan millah Ibrohim itu adalah:
Oval: 4Memurnikan ibadah kepada Alloh ta’aalaa dengan segala pengertiannya yang tercakup dalam makna ibadah.[5]
Dan baroo’ kepada kesyirikan dan kepada pelakunya.
Imam Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab rh berkata: “Pokok dan dasar diin Islam itu ada dua:
Pertama: Perintah untuk beribadah kepada Alloh ta’aalaa saja dan tidak ada sekutu bagiNya, dan hasungan untuk melaksanakan perintah tersebut dan saling berwalaa’ (loyal) atas dasar perintah tersebut serta mengkafirkan orang yang meninggalkan perintah tersebut.
Kedua: Peringatan agar menjauhi perbuatan syirik dalam beribadah kepada Alloh ta’aalaa, dan bersikap keras dalam masalah ini, dan mengkafirkan orang yang melakukannya.”
Inilah tauhid yang didakwahkan oleh para Rosul SAW. Dan ini merupakan makna kalimat laa ilaaha
illallooh, yaitu ikhlas, mentauhidkan dan mengesakan Alloh ta’aalaa dalam beribadah, dan berwalaa’ (loyal) kepada diinNya dan kepada wali-waliNya, dan kufur serta baroo’ kepada segala sesembahan selain Alloh ta’aalaa, dan memusuhi musuh-musuhNya..
Oval: 5Maka ini adalah tauhiid i'tiqoodiy sekaligus tauhiid ‘amaliy.. dan surat Al Ikhlaash merupakan dalil untuk tauhiid i'tiqoodiy sedangkan surat Al Kaafiruun merupakan dalil untuk tauhiid ‘amaliy. Dan dahulu Rosululloh  SAW sering membaca dua surat tersebut dan senantiasa membacanya dalam sholat sunnah fajar dan yang lain … karena sangat pentingnya dua surat tersebut.
Peringatan yang harus disampaikan: Ada orang yang menyangka bahwasanya millah Ibrohim ini dapat terrealisasi pada zaman sekarang dengan cara belajar tauhid dengan memahami tiga pembagian dan macamnya, dengan memahaminya secara teori saja… namun bersikap diam terhadap orang-orang yang melakukan kebatilan dan dengan tanpa menampakkan dan menunjukkan sikap baroo’ (berlepas diri dan memusuhi) kepada kebatilan mereka.
Kepada mereka ini kami katakan: Seandainya millah Ibrohim itu seperti itu tentu beliau tidak dilemparkan oleh kaumnya ke dalam api. Bahkan seandainya beliau mau bermudaahanah (kompromi, toleransi) dengan mereka, diam terhadap sebagian kebatilan mereka dan tidak membodoh-bodohkan ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) mereka, dan tidak menyatakan permusuhannya kepada mereka, lalu mencukupkan diri dengan tauhiid nadhoriy (tauhid teoritis) yang dia pelajari bersama para pengikutnya dan tidak mewujudkannya dalam bentuk al walaa’ (loyalitas), al baroo’, cinta, benci, permusuhan dan hijroon (memisahkan diri) karena Alloh ta’aalaa … seandainya beliau melakukan seperti itu tentu mereka membukakan semua pintu untuk beliau. Bahkan mungkin mereka akan membangunkan sekolahan-sekolahan dan perguruan-perguruan sebagaimana yang terjadi pada zaman sekarang yang di sana dipelajari tauhiid nadhoriy (tauhid teoritis) semacam ini… dan mungkin mereka akan membuatkan padanya spanduk besar yang bertuliskan; Sekolah atau Perguruan Tauhid dan Fakultas Dakwah Dan Ushuulud Diin…. Dan lain-lain… ini semua tidak akan membahayakan mereka dan tidak akan mempengaruhi mereka selama tidak dipraktekkan ke dalam dunia nyata… meskipun universitas-universitas, sekolahan-sekolahan dan fakultas-fakultas tersebut mengeluarkan ribuan gagasan, tesis dan disertasi tentang ikhlas, tauhid dan dakwah….pasti mereka tidak mengingkarinya bahkan mereka akan merestui dan memberikan kepada penulisnya berbagai hadiah, ijazah dan gelar-gelar yang besar, selama tidak mengancam kebatilan dan perbuatan mereka, dan selama mereka hanya sebatas itu.
Oval: 6Syaikh ‘Abdul Lathiif bin ‘Abdur Rohmaan mengatakan dalam Ad Duror As Sunniyah: “Tidak bisa dibayangkan ada orang yang memahami dan mengamalkan tauhid namun dia tidak memusuhi orang-orang musyrik. Dan orang yang tidak memusuhi mereka tidak bisa dikatakan dia telah memahami dan mengamalkan tauhid.” (Juz Jihad, hal. 167)
Dan demikian pula Rosululloh SAW, seandainya beliau ketika awal-awal tidak membodoh-bodohkan akal orang-orang Quroisy dan tidak mencela ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) mereka, dan seandainya --- dan ini tidak mungkin --- beliau menyebunyikan ayat-ayat yang mencela ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) mereka seperti laata, uzzaa dan manaat…dan demikian pula ayat-ayat yang menerangkan baroo’ terhadap mereka, terhadap diin mereka dan terhadap ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) mereka --- dan betapa banyak ayat-ayat tersebut seperti surat Al Kaafiruun dan yang lainya --- seandainya beliau berbuat seperti itu … dan ini tidak mungkin …  tentu mereka mau bersahabat, memuliakan dan mendekati beliau … dan tentu mereka tidak menaruh kotoran onta ketika beliau sedang sujud, dan tentu beliau tidak mendapat gangguan dari mereka sebagaimana yang dijelaskan dan disebutkan dalam siiroh (sejarah)… dan tentu beliau tidak perlu hijroh, bersusah-payah dan berpenat-penat… dan tentu beliau dan para sahabat dapat duduk-duduk di negeri mereka dengan aman… maka permasalahan berwalaa’ (loyal) kepada diin Alloh ta’aalaa dan para pemeluknya, dan memusuhi kebatilan dan para pelakunya, telah diwajibkan kepada kaum muslimin pada awal-awal dakwah sebelum diwajibkannya sholat, zakat, shoum (puasa) dan haji. Dan inilah yang menyebabkan munculnya siksaan, gangguan dan cobaan, bukan karena yang lain..
Syaikh Hamad bin ‘Atiiq mengatakan dalam salah satu risalahnya, dalam Ad Duror As Sunniyah: “Hendaknya orang yang berakal, berfikir dan orang yang ingin menasehati dirinya sendiri, mencari apa penyebab yang mendorong orang-orang Quroisy mengusir Nabi SAW dan para sahabatnya dari Mekah yang merupakan daerah yang paling mulia. Sesungguhnya telah kita ketahui bersama bahwasanya orang-orang Quroisy tidaklah mengusir Nabi SAW dan para sahabat kecuali setelah mereka mencela diin orang-orang Quroisy dan menyesat-nyesatkan bapak-bapak mereka secara terang-terangan. Mereka menginginkan supaya beliau SAW menghentikan hal itu dan mereka mengancam akan mengusir beliau dan para sahabat beliau. Para sahabatpun mengeluhkan kepada beliau akan kerasnya siksaan orang-orang Quroisy kepada mereka. Maka beliaupun menyuruh mereka untuk bersabar dan meneladani orang-orang sebelum mereka yang mendapatkan siksaan. Dan beliau tidak menyuruh mereka untuk tidak lagi mencela diin orang-orang musyrik dan membodoh-bodohkan akal mereka. Maka beliaupun memilih untuk meninggalkan negeri bersama para sahabat beliau, padahal Mekah adalah tempat yang paling mulia di muka bumi.
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله و اليوم الآخر و ذكرالله كثيرا
Sungguh telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada diri Rosululloh bagi orang yang mengharap kepada Alloh dan hari akhir, dan banyak mengingat Alloh.
Oval: 7(Dinukil dari Juz Jihad hal. 199)
Demikianlah, sesungguhnya semua thoghut di setiap waktu dan tempat, mereka tidaklah menunjukkan kerelaan kepada Islam atau bermudaahanah (toleransi) kepadanya, dan untuk itu mereka mengadakan konferensi-konferensi dan mengedarkan buku-buku dan majalah-majalah, mendirikan perguruan-perguruan dan universitas-universitas. Kecuali jika diin tersebut picik dan pincang serta terputus kedua sayapnya, yang jauh dari kenyataan dan jauh dari praktek walaa’ kepada orang-orang beriman, baroo’ kepada musuh-musuh diin, serta menunjukkan permusuhan kepada mereka, kepada sesembahan-sesembahan mereka dan manhaj-manhaj mereka yang batil.
Dan sesungguhnya hal ini kami saksikan secara jelas di sebuah negara yang bernama “Daulah Sa’uudiyyah” (Saudi Arabia). Negara ini menipu manusia dengan cara menghasung mereka untuk bertauhid, menerbitkan buku-buku tauhid dan mengijinkan buku-buku tersebut dicetak, bahkan menghasung para ulama’ untuk memerangi kuburan, paham shuufiy, syirik jimat, mantera, pepohonan dan bebatuan… dan lain-lain yang tidak menghkhwatirkan dan membahayakannya atau tidak membahayakan politik luar dan dalam negerinya. Dan selama tauhid yang parsial dan kurang tersebut jauh dari menyinggung penguasa dan singgasana mereka yang kafir tentu mereka akan memberikan sokongan, bantuan dan dorongan … kalau tidak demikian, lalu dimanakah tulisan-tulisan Juhaimaan dan orang-orang yang seperti dia yang penuh dengan pembahasan tauhid itu? Kenapa pemerintah tidak menyokong dan menghasungnya?? Meskipun dalam tulisan-tulisannya tersebut ia tidak mengkafirkan pemerintah Saudi… ataukah karena tauhid yang ia tulis tidak sesuai dengan para thoghut dan hawa nafsu mereka, dan dia berbicara masalah politik dan menerangkan al walaa’ wal baroo’ (loyalitas dan permusuhan), bai’at dan imaaroh (kepemimpinan). Silahkan kaji pembahasan dia dalam Risaalatul Amri Bil Ma’ruuf Wan Nahyi ‘Anil Munkar, hal. 108 sampai 110 dalam Ar Rosaa-ilus Sab’u. Saya lihat ia dalam masalah ini mempunyai pandangan tajam. Semoga Alloh ta’aalaa merahmatinya.
Oval: 8Syaikh Hamad bin ‘Atiiq rh mengatakan dalam bukunya yang berjudul Sabiilun Najaat Wal Fikaak Min Muwaalaatil Murtaddiin Wa Ahlil Isyrook: ”Sesungguhnya banyak orang yang kadang menyangka bahwasanya apabila ia bisa mengucapkan dua kalimat syahadat, melakukan sholat dan tidak dilarang pergi ke masjid berarti dia telah melaksanakan idh-haarud diin (menunjukkan diin), meskipun ia berada di tengah-tengah orang-orang musyrik atau di tempat orang-orang murtad. Dan sungguh dalam hal ini dia telah salah besar.
Dan ketahuilah bahwasanya kekafiran itu bermacam-macam sebanyak mukaffiroot (hal-hal yang menyebabkan kekafiran)nya. Dan setiap kelompok kafir, masing-masing mempunyai kekafiran yang menonjol dikalangan mereka. Dan seorang muslim tidak bisa dikatakan telah melaksanakan idh-haarud diin (menunjukkan diin) sampai dia menyelisihi setiap kekafiran yang menonjol pada masing-masing kelompok tersebut dan menyatakan permusuhan serta baroo’nya terhadapnya..”
Ia juga mengatakan dalam Ad Duror As Sunniyah: “Dan idh-haarud diin adalah: mengkafirkan mereka, menghina diin mereka, mencela mereka, baroo’ terhadap mereka, menjaga diri agar tidak mengasihi mereka dan agar tidak rukuun (sedikit condong) kepada mereka, serta memisahkan diri dari mereka. Dan hanya sekedar bisa melaksanakan sholat itu tidak bisa disebut idh-haarud diin.” (Juz Jihad, hal. 196)






Dan Syaikh Sulaimaan bin Samhaan mengatakan dalam sya’ir ‘Uquudul Jawaahir yang tersusun indah:
بالكفر إذهم معشر كفـار
يا للعقول أما لكم أفكـار
و الحب منه وما هو المعيار
جهرا وتصريحا لهم وجهار
إظهار هذا الدين تصريح لهم
وعداوة تبدو وبغض ظــاهر
هذا وليس القلب كاف بغضه
لكنما المعيار أن تأتي بـــه
Idh-haarud diin adalah menyatakan kepada mereka ..
kekufuran karena mereka adalah orang-orang kafir..
permusuhan yang nampak dan kebencian yang jelas..
wahai orang yang berakal, apakah kalian tidak mempunyai otak ..
demikianlah, dan tidaklah cukup dengan membenci dalam hati..
dan mencintai bagian darinya namun ia bukanlah patokan..
akan tetapi yang menjadi patokan adalah engkau lakukan ..
dengan jelas, terang-terangan dan nyata kepada mereka…
Dan Syaikh Is-haaq bin ‘Abdur Rohmaan mengatakan dalam buku Ad Duror As Sunniyah pada juz Jihad hal. 141: “Dan pendapat orang yang dibutakan matanya oleh Alloh ta’aalaa, yang mengira bahwasanya idh-haarud diin itu adalah tidak dilarangnya untuk melaksanakan ibadah atau untuk belajar, adalah pendapat yang batil. Perkiraannya itu tertolak baik secara akal maupun secera syar’iy. Kalau demikian maka akan senanglah dengan hukum yang batil tersebut, orang-orang yang tinggal di negara-negara nasrani, majusi dan hindu karena di negara-negara mereka ada sholat, adzan dan pengajaran..”
Dan semoga Alloh ta’aalaa merahmati orang yang mengatakan:
وفعل صلاة  والسكوت عن الملا
وما الدين إلا الحب والبغض والولا
يظنون أن الدين لبيك في الفلا
وسالم وخالط من لذا الدين قد قلا
وكذا البرا من كل غاو و آثم
Mereka menyangkan bahwa diin itu adalah mengucapkan labbaika di tanah lapang (melaksanakan haji)..
dan melaksanakan sholat serta diam terhadap manusia..
dan berdamai serta berbaur dengan orang yang membenci diin ini..
padahal diin itu tidak lain adalah cinta, benci dan walaa’...
demikian pula baroo’ terhadap setiap orang yang menyeleweng dan berbuat dosa..
Oval: 9Dan Abul Wafaa’ bin ‘Uqoil rh berkata: “Apabila engkau ingin mengetahui kondisi Islamnya manusia pada suatu masa, jangalah kamu melihat berjubelnya mereka di pintu-pintu masjid atau gema labbaika mereka, akan tetapi lihatlah permufakatan mereka dengan musuh-musuh syariat. Maka berlindunglah ke dalam benteng diin, berpeganglah dengan tali Alloh ta’aalaa yang sangat kuat dan bergabunglah dengan wali-waliNya yang beriman. Dan waspadalah terhadap musuh-musuhNya yang menyeleweng. Karena ibadah kepada Alloh ta’aalaa yang paling utama itu adalah membenci orang-orang yang menentang Alloh ta’aalaa dan RosulNya dan jihad terhadapnya dengan tangan, lidah dan hati sesuai dengan kemampuan.” (dari Ad Duror As Sunniyah, juz jihad, hal. 238)
Oval: 9Peringatan kedua: Dan sebaliknya, selain baroo’ kepada kesyirikan dan orang-orang yang berbuat syirik… juga; “Berwalaa’ (loyal) kepada diin Alloh ta’aalaa dan wali-waliNya, serta membela, membantu dan setia kepada mereka dan menunjukkan dan menampakkan hal itu.” Sehingga hati bersatu dan barisan merapat. Meskipun kita terkadang bersikap keras terhadap ikhwan-ikhwan yang bertauhid yang menyimpang dari kebenaran, dan meskipun kita terkadang keras dalam memberi nasehat kepada mereka, dan mengkritik jalan mereka yang menyimpang dari jalan para Nabi.. karena seorang muslim dengan muslim lainnya itu sebagaimana yang dikatakan Ibnu Taimiyah adalah seperti dua belah tangan yang mana salah satunya membasuh yang lain. Dan terkadang untuk menghilangkan kotoran diperlukan sedikit keras yang akibatnya baik. Karena tujuan dibalik itu adalah menjaga keselamatan dan kebersihan kedua tangan tersebut… dan kami sama sekali tidak memperbolehkan untuk baroo’ kepada mereka secara total.. karena seorang muslim itu memiliki hak dari saudara muslim lainnya untuk diberikan walaa’nya, yang tidak boleh terputus kecuali karena murtad dan keluar dari Islam .. dan Alloh ta’aalaa telah mengagungkan hak ini dalam firmanNya:
إلا تفعلوه تكن فتنة  في الأرض  وفساد كبير
Kalau kalian tidak melakukannya niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar. (Al Anfaal: 73)
Sedangkan orang Islam yang menyimpang, disikapi baroo’ hanya kepada kebatilan atau kebid’ahannya dan penyelewengannya, dengan tetap memberikan dasar walaa’ kepadanya.. bukankah anda melihat bahwa hukum-hukum yang ada dalam perang melawan bughoot (pemberontak) dan orang-orang yang seperti mereka… berbeda dengan hukum-hukum yang ada dalam perang melawan orang-orang murtad… dan kami sama sekali tidak akan pernah membuat senang para thoghut selamanya… sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku Islam yang rusak timbangan al walaa’ dan al baroo’ mereka di zaman sekarang ini. Mereka berlebihan dalam melakukan baroo’ dan dalam mencaci orang-orang bertauhid yang tidak sependapat dengan mereka, dan dalam mengingatkan orang lain agar berhati-hati terhadap orang-orang bertauhid yang tidak sependapat dengan mereka tersebut dan terhadap banyak kebenaran yang ada pada mereka. Bahkan kadang mereka menulis dalam surat-surat kabar yang busuk yang memusuhi Islam dan kaum muslimin. Bahkan lebih dari itu mereka menghasut orang-orang bodoh dan para penguasa agar memusuhi orang-orang yang bertauhid tersebut dan memusuhi dakwah mereka., dengan melontarkan fitnah-fitnah batil terhadap mereka. Atau menyokong para thoghut dengan fatwa-fatwa yang bertujuan untuk menumpas mereka. Seperti dengan mengatakan bahwa mereka adalah bughoot (pemberontak) dan Khowaarij, atau mereka itu lebih berbahaya terhadap Islam dari pada yahudi dan nasrani, dan lain sebagainya. Dan saya sering melihat ada orang yang senang dengan tertangkapnya orang-orang Islam yang tidak sependapat dengan mereka ketangan thoghut. Dan mereka mengatakan: “Memang dia pantas menerima itu.” Atau mengatakan: “Bagus, mereka melumpuhkannya.” Atau kata-kata lain yang bisa jadi akan menjerumuskan mereka ke dalam jahannam selama tujuh puluh musim sedangkan mereka tidak menyadari dan tidak menghiraukannya.
Oval: 10Dan ketauhilah bahwasanya diantara ciri-ciri yang paling menonjol dan tugas yang paling penting dalam millah Ibrohim yang kami lihat dilailaikan dan bahkan ditinggalkan dan dimatikan oleh mayoritas da’i (juru dakwah) pada zaman sekarang adalah:
-          menunjukkan sikap baroo’ terhadap orang-orang musyrik dan sesembahan-sesembahan mereka yang batil.
-          Menyatakan kufur (pengingkaran) kepada mereka, kepada ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) mereka, manhaj-manhaj mereka, undang-undang mereka dan syariat-syariat syirik mereka.
-          Menampakkan permusuhan dan kebencian kepada mereka dan kepada perilaku kafir mereka sampai mereka kembali kepada Alloh ta’aalaa dan meninggalkan semuannya serta mengkufurinya.
Alloh ta’aalaa berfirman:
قد كانت لكم أسوة حسنة في إبراهيم و الذين معه إذ قالوا لقومهم إنا برءاؤا منكم ومما تعبدون من دون الله كفرنا بكم وبدا بيننا وبينكم العداوة و البغضاء أبدا حتى تؤمنوا بالله وحده
Sungguh telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada Ibrohim dan orang-orang yang bersamanya ketika mereka mengatakan kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami baroo’ (berlepas diri dan memusuhi) kepada kalian dan kepada apa yang kalian ibadahi selain Alloh. Kami kufur (ingkar) kepada kalian dan telah nampak permusuhan dan kebencian antara kami dan kalian selamanya sampai kalian beriman kepada Alloh semata. (Al Mumtahanah: 4)
Al ‘Allaamah Ibnul Qoyyim mengatakan: “Ketika Alloh ta’aalaa melarang orang-orang beriman untuk berwalaa’ kepada orang-orang kafir hal itu mengandung kosekuensi untuk memusuhi dan baroo’ kepada mereka serta menyatakan permusuhan pada setiap keadaan.” (Dari Badaa-i'ul Fawaa-id III/69)
Dan Syaikh Hamad bin ‘Atiiq rh mengatakan: “Firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:  وبدا (dan telah nampak) maksudnya adalah: ظهر (nampak) dan: بان (jelas). Dan perhatikanlah didahulukannya al ‘adaawah (permusuhan) dari pada al baghdloo’ (kebencian) karena yang pertama lebih utama dari pada yang kedua. Karena sesungguhnya terkadang orang benci kepada orang-orang musyrik namun ia tidak memusuhi mereka (orang-orang musyrik tersebut), sehingga ia belum melaksanakan kewajibannya sampai ia merealisasikan permusuhan dan kebencian. Selain itu permusuhan dan kebencian itu harus nampak jelas dan nyata. Dan ketahuilah meskipun kebencian itu adalah amalan hati, namun kebencian itu tidak ada gunanya sampai nampak tanda-tandanya dan timbul dampak-dampaknya, dan ini tidak akan terrealisasi kecuali dengan permusuhan dan memutuskan hubungan. Maka ketika itulah permusuhan dan kebencian itu nampak.” (Dari Sabiilun Najaat Wal Fikaak Min Muwaalaatil Murtaddiin Wa Ahlil Isyrook)
Dan Syaikh Is-haaq bin ‘Abdur Rohmaan mengatakan: “Dan tidak cukup hanya dengan membenci mereka dengan hati, namun harus dengan menunjukkan permusuhan dan kebencian --- kemudian ia menyitir ayat yang terdapat dalam surat Al Mumtahanah di atas, lalu mengatakan --- maka lihatlah penjelasan yang tidak ada lagi penjelasan yang lebih jelas dari padanya, yaitu Alloh ta’aalaa berfirman:
بدا بيننا
Telah nampak di antara kita.
Maksudnya adalah ظهر (nampak). Inilah yang dimaksud dengan idh-haarud diin. Maka harus dilakukan dengan menyatakan permusuhan dan mengkafirkan mereka dengan terang-terangan serta memutuskan hubungan secara fisik. Sedangkan yang dimaksud dengan العداوة adalah hendaknya berada pada عَدْوَة (tempat yang jauh/ujung) sedangkan lawannya berada pada عَدْوَة (tempat yang jauh/ujung) yang lain. Sebagaimana asal al baroo-ah adalah al muqootho’ah (memutuskan hubungan) dengan hati, lisan dan fisik. Dan hati orang yang beriman tidak akan pernah kosong dari memusuhi orang kafir… namun yang diperselisihkan itu adalah mengenai idh-haarul ‘adaawah (menampakkan permusuhan)…” (Dari Ad Duror, juz Jihad, hal. 141)
Al ‘Allaamah Syaikh ‘Abdur Rohmaan bin Hasan bin Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab (penulis buku Fat-hul Majiid) mengatakan tentang ayat yang terdapat dalam surat Al Mumtahanah di atas: “Maka barang siapa merenungkan ayat tersebut tentu dia memahami tauhid yang Alloh ta’aalaa turunkan melalui para Rosul dan kitab-kitabNya, dan tentu dia memahami sikap orang-orang yang menentang ajaran para Rosul dan pengikut-pengikut mereka, yaitu orang-orang bodoh yang tertipu lagi merugi. Syaikh kita --- yaitu kakeknya yang bernama Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab --- ketika menerangkan dakwah Nabi SAW kepada orang-orang Quroisy untuk bertauhid, dan apa yang beliau dapatkan dari mereka ketika beliau menyinggung ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) mereka bahwasanya mereka itu tidak dapat mendatangkan manfaat dan bahaya, mereka menganggap hal itu sebagai cacian, ia (Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab) mengatakan; “Maka apabila engkau telah memahami hal ini, tentu engkau memahami bahwasanya manusia itu tidak akan lurus Islamnya, meskipun ia telah mentauhidkan Alloh dan meninggalkan syirik kecuali dengan memusuhi orang-orang musyrik [6] dan menyatakan permusuhan dan kebencian kepada mereka, sebagaimana firman Alloh ta’aalaa:
لا تجد قوما يؤمنون بالله واليوم الآخر يوادون من حاد الله ورسوله
Kamu tidak akan dapatkan orang-orang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir saling mencintai dengan orang-orang yang menentang Alloh dan RosulNya. … (Al Mujadalah: 22)
Apabila engkau telah memahami hal ini dengan baik tentu engkau mengetahui bahwasannya banyak orang yang mengaku berdiin namun dia tidak memahaminya. Sebab, apakah yang menyebabkan kaum muslimin harus bersabar menanggung siksaan, penawanan dan beban-beban hijroh ke Habasyah (Ethiopia) padahal beliau adalah manusia yang paling penyayang, sehingga seandainya ada rukh-shoh (dispensasi) tentu beliau memberikan rukh-shoh kepada mereka. Bagaimana, sedangkan Alloh telah menurunkan kepada beliau ayat:

ومن الناس من يقول آمنا بالله  فإذا أوذي في الله جعل فتنة الناس كعذاب الله
Dan di antara manusia itu ada yang mengatakan; Kami beriman kepada Alloh, namun apabila dia mendapatkan gangguan dalam menjalankan ajaran Alloh dia menganggap gangguan manusia tersebut seperti siksaan Alloh. (Al ‘Ankabuut: 10)
Jika orang yang menyetujui dengan lisannya saja dikatakan seperti ini dalam ayat ini, lalu bagaimana dengan yang lainnya.” Maksudnya dengan orang yang menyetujui mereka dengan perkataan dan perbuatan, dengan tanpa mendapatkan gangguan. Ia membantu mereka, membela mereka dan orang yang setuju dengan mereka serta mengingkari orang yang tidak sependapat dengan mereka sebagaimana yang terjadi sekarang.” (Ad Duror, juz Jihad, hal. 93) Dan saya katakan kepada mereka: Sungguh menakjubkan engkau, seolah-olah engkau berbicara pada zaman kami sekarang….
Dan Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Lathiif dalam Ad Duror As Sunniyah mengatakan: “Ketahuilah --- semoga Alloh ta’aalaa memberi petunjuk kita kepada apa yang Ia cintai dan Ia ridloi --- bahwasanya seseorang itu tidak lurus Islam dan diinnya kecuali dia memusuhi musuh-musuh Alloh ta’aalaa dan musuh-musuh RosulNya[7], dan yang berwalaa’ kepada wali-wali Alloh ta’aalaa dan RosulNya. Alloh ta’aalaa berfirman:
يا أيها الذين آمنوا لا تتخذوا آباءكم وإخوانكم أولياء إن استحبوا الكفر على الإيمان
Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian menjadikan bapak-bapak dan saudara-saudara kalian sebagai wali-wali jika mereka lebih mencintai kekafiran dari pada keimanan. (At Taubah: 23)
Inilah diin seluruh Rosul.. dan inilah dakwah dan jalan mereka sebagaimana yang diterangkan dalam berbagai ayat dan hadits… dan begitu pula dalam firman Alloh ta’aalaa dalam surat Al Mumtahanah yang berbunyi:
و الذين معه
Dan orang-orang yang bersamanya
Maksudnya adalah para Rosul yang berada di atas diin dan millahnya .. hal ini dikatakan oleh lebih dari seorang mufassir (ahli tafsir)
Dan Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Lathiif bin ‘Abdur Rohmaan mengatakan: “Dan inilah yang dimaksud dengan idh-haarud diin, bukan sebagaimana yang dikira oleh orang-orang bodoh yang mengira bahwasanya jika orang-orang kafir membiarkannya sholat, membaca Al Qur’an dan menyibukkan diri dengan amalan-amalan sunnah yang dia inginkan berarti dia telah melaksanakan idh-haarud diin. Ini adalah salah besar. Karena sesungguhnya orang yang menyatakan permusuhan kepada orang musyrik dan baroo’ kepada mereka tidak akan mereka biarkan tinggal ditengah-tengah mereka, akan tetapi mereka akan membunuh atau mengusirnya jika mereka mempunyai kesempatan sebagaimana yang diterangkan dalam firman Alloh ta’aalaa mengenai orang-orang kafir, yang berbunyi:
وقال الذين كفروا لرسلهم لنخرجنكم من أرضنا أولتعودن في ملتنا
Dan orang-orang kafir mengatakan kepada Rosul-rosul mereka: Kami pasti akan mengusir kalian dari wilayah kami atau kalian harus kembali kepada millah kami … (Ibrohim: 13)
Dan Alloh ta’aalaa menceritakan tentang kaumnya Syu’aib:
لنخرجنك يا شعيب والذين آمنوا معك من قريتنا أو لتعودن في ملتنا
Kami benar-benar akan mengusirmu dan orang-orang yang beriman bersamamu dari wilayah kami wahai Syu’aib atau kalian harus kembali kepada millah kami…(Al A’roof: 88)
Dan Alloh ta’aalaa menceritakan tentang kisah ash-haabul kahfi (orang-orang yang menyelamatkan diri ke goa), sesungguhnya mereka mengatakan:
إنهم إن يظهروا عليكم يرجموكم أو يعيدوكم في ملتهم ولن تفلحوا إذا أبدا
Sesungguhnya jika kalian nampak oleh mereka niscaya mereka melempari kalian dengan batu atau mengembalikan kalian kepada millah mereka dan dengan demikian kalian tidak akan beruntung selamanya. (Al Kahfi: 20)
Dan bukankah permusuhan mereka terhadap para Rosul itu memuncak hanya setelah para Rosul itu mencaci diin mereka, membodoh-bodohkan akal mereka dan mencela ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) mereka.” (Dari Ad Duror, juz Jihad, hal. 208)
Dan Syaikh Sulaimaan bin Samhaan mengatakan mengenai ayat yang terdapat dalam surat Al Mumtahanah juga: “Inilah millah Ibrohim yang Alloh ta’aalaa maksudkan dalam firmanNya yang berbunyi:
ومن يرغب عن ملة إبراهيم إلا من سفه نفسه
Dan tidak ada orang yang membenci millah Ibrohim kecuali orang yang membodohi dirinya sendiri. (Al Baqoroh: 130)
Maka orang muslim harus memusuhi musuh-musuh Alloh ta’aalaa, menampakkan permusuhan kepada mereka, menjauhkan diri dari mereka sejauh-jauhnya, dan tidak boleh berwalaa’ kepada mereka atau bergaul dengan mereka atau berbaur dengan mereka…” (Ad Duror As Sunniyah, juz Jihad, hal. 221)
Dan di tempat lain Alloh ta’aalaa menceritakan tentang millah Ibrohim:
قال أفرأيتم ما كنتم تعبدون أنتم وآباؤكم الأقدمون  فإنهم عدو لي إلا رب العالمين
Ibrohim mengatakan: Tahukah kalian apa yang kalian ibadahi. Baik kalian maupun bapak-bapak kalian yang terdahulu. Sesungguhnya mereka itu adalah musuhku kecuali Robb semesta alam. (Asy Syu’aroo’: 75-77)
Dan di tempat yang lain Alloh ta’aalaa berfirman:
وإذ قال إبراهيم لأبيه وقومه إنني براء مما تعبدون إلا الذي فطرني فإنه سيهدين
Dan ingatlah ketika Ibrohim mengatakan kepada bapak dan kaumnya: Sesungguhnya aku baroo’ kepada kalian dan kepada apa yang kalian ibadahi kecuali Yang menciptakanku, karena sesungguhnya Dia akan menunjukiku. (Az Zukhruf: 26-27)
Syaikh Al ‘Allaamah ‘Abrur Rohmaan bin Hasan bin Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab rh mengatakan: “Dan Alloh ta’aalaa telah mewajibkan baroo’ terhadap kesyirikan dan orang-orang yang berbuat syirik, serta mengkufuri, memusuhi, membenci dan jihad terhadap mereka:
فبدل الذين ظلموا قولا غير الذي قيل لهم
Maka orang-orang dholim merubahnya dengan perkataan yang tidak dikatakan kepada mereka. (Al Baqoroh: 59)
Maka mereka pun berwalaa’, membantu dan menolong orang-orang musyrik itu. Dan orang-orang musyrik itupun meminta bantuan kepada mereka untuk memusuhi orang-orang beriman. Sehingga dalam rangka itu mereka membenci dan mencela orang-orang beriman. Dan perbuatan-perbuatan ini semuanya membatalkan Islam sebagaimana yang diterangkan oleh Al Qur’an dan Sunnah pada beberapa tempat.
Oval: 11- Di sini ada sebuah syubhat yang dilontarkan banyak orang yang tergesa-gesa. Mereka mengatakan: Sesungguhnya millah Ibrohim itu hanyalah dilakukan pada fase dakwah yang terakhir yang mana sebelumnya telah melalui proses dakwah dengan cara hikmah (bijaksana) dan berdebat dengan cara yang paling baik. Dan seorang da’i (juru dakwah) tidak boleh melaksanakan millah Ibrohim yang berarti baroo’ kepada musuh-musuh Alloh ta’aalaa dan kepada sesembahan-sesembahan mereka, dan kufur kepadanya, serta menunujukkan permusuhan dan kebencian kepada mereka kecuali setelah menempuh seluruh tata cara yang lembut dan hikmah.. mengenai persoalan ini kami jawab ---wabillaahit taufiiq---: Kerancuan ini sebenarnya muncul dari ketidak jelasan mereka dalam memahami millah Ibrohim dan karena mencampur adukkan antara metode dakwah kepada orang-orang kafir pada tahap permulaan dengan metode dakwah kepada orang-orang kafir yang membangkang… dan juga perbedaan antara semua itu (sikap terhadap orang-orang musyrik-pentj.) dengan sikap seorang muslim terhadap sesembahan-sesembahan, manhaj-manhaj dan syariat-syariat orang-orang kafir yang batil itu sendiri… adapun millah Ibrohim yang berarti memurnikan ibadah hanya kepada Alloh ta’aalaa saja dan kufur terhadap segala sesuatu yang kita ibadahi selain Alloh ta’aalaa, ini tidak boleh diakhirkan atau diundur… bahkan seharusnya tidak dimulai kecuali dengannya. Karena ini merupakan kandungan laa ilaaha illallooh yang mencakup An Nafyu (peniadaan) dan Al Itsbaat (penetapan). Dan ini adalah dasar diin dan poros dakwah para Nabi dan Rosul. Dan untuk menepis seluruh kerancuan ini, di sini saya akan terangkan dua permasalah:
Oval: 12Pertama: Baroo’ kepada thoghut dan ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) yang diibadahi selain Alloh ta’aalaa serta kufur kepadanya. Hal ini tidak boleh diakhirkan atau diundur… bahkan ini harus ditunjukkan dan ditampakkan sejak langkah pertama.
Kedua: Baroo’ kepada orang-orang musyrik ketika mereka tetap bersikukuh dalam kebatilan mereka. Dan berikut ini perincian dan penjelasannya:
Oval: 13Masalah pertama: yaitu kufur kepada thoghut yang diibadahi selain Alloh ta’aalaa. Baik thoghut itu berupa berhala dari batu atau matahari atau bulan atau kuburan atau pohon atau hukum dan undang-undang buat manusia… millah Ibrohim dan dakwah para Nabi dan Rosul menuntut untuk menunjukkan sikap kufur kepada semua sesembahan tersebut, serta menampakkan permusuhan dan kebencian kepadanya, membodoh-bodohkannya, merendahkan nilainya, dan membongkar kepalsuan, kekurangan serta cacatnya sejak langkah pertama. Dan beginilah langkah para Nabi ketika memulai dakwah kepada kaum mereka, yaitu mengatakan:
اعبدوا الله و اجتنبوا الطاغوت
Beribadahlah kalian kepada Alloh dan jauhilah thoghut. (An Nahl: 36)
Termasuk dalam hal ini adalah firman Alloh ta’aalaa yang menerangkan tentang millah Ibrohim AS.
قال أفرأيتم ما كنتم تعبدون أنتم وآباؤكم الأقدمون  فإنهم عدو لي إلا رب العالمين
Ibrohim mengatakan: Tahukah kalian apa yang kalian ibadahi. Kalian dan juga bapak-bapak kalian terdahulu. Sesungguhnya mereka itu adalah musuhku kecuali Robb semesta alam. (Asy-Syuuroo: 75-77)
Dan firman Alloh ta’aalaa yang terdapat dalam surat Al An’aam yang berbunyi:
قال يا قوم إني بريء مما تشركون
Ia mengatakan: Wahai kaumku sesungguhnya aku baroo’ terhadap apa yang kalian sekutukan. (Al An’aam: 78)
Dan firmanNya SWT:
وإذ قال إبراهيم لأبيه وقومه إنني براء مما تعبدون إلا الذي فطرني فإنه سيهدين
Dan ingatlah ketika Ibrohim mengatakan kepada bapak dan kaumnya: Sesungguhnya aku baroo’ dari apa yang kalian ibadahi selain yang menciptakanku, sesungguhnya DIA akan memberi petunjuk kepadaku. (Az Zukhruf: 26-27)
Dan sebagaimana firmanNya mengenai kaumnya Ibrohim:   
قالوا من فعل هذا بآلهتنا إنه لمن الظالمين قالوا سمعنا فتى يذكرهم يقال له إبراهيم
Mereka mengatakan: Siapa yang melakukan ini terhadap ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) kita, sesungguhnya dia benar-benar termasuk orang-orang yang dholim. Mereka mengatakan: Kami mendengar ada seorang pemuda yang menyebut mereka (ilaah-ilaah kita), ia dipanggil dengan nama Ibrohim. (Al Ambiyaa’: 59-60)
Para ahli tafsir mengatakan bahwa:
يذكرهم
Menyebut mereka (ilaah-ilaah kita).
Maksudnya adalah mencela, mengejek dan menghina mereka. Al Qur’an dan Sunnah penuh dengan dalil-dalil yang menunjukkan tentang masalah ini. Dan cukuplah bagi kita apa yang dilakukan oleh Nabi SAW di Mekah sebagai petunjuk. Bagaimana beliau membodoh-bodohkan ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) orang-orang Quroisy, dan beliau menunjukkan sikap baroo’ beliau terhadap ilaah-ilaah tersebut, serta kufur terhadapnya sampai-sampai mereka menyebut beliau sebagai ash soobi’iy.
Dan jika engkau ingin mempertegas dan meyakinkan mengenai masalah ini silahkan kaji dan renungkan ayat-ayat Al Qur’an yang makkiy (turun sebelum hijroh ke Madinah). Yang mana setiap kali turun kepada Nabi SAW beberapa ayat saja akan segera tersebar ke timur, ke barat, ke utara dan ke selatan. Dan menjadi bahan pembicaraan di pasar-pasar, di majlis-majlis dan di pertemuan-pertemuan.. dan ayat-ayat tersebut berbicara kepada orang-orang Arab dengan bahasa mereka yang dapat dipahami.. dengan jelas dan gamblang ayat-ayat tersebut membodoh-bodohkan ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) mereka, dan yang paling utama adalah laata, uzzaa dan yang ketiga adalah manaat, yang merupakan ilaah-ilaah terbesar pada zaman itu. Dan ayat-ayat itu menyatakan baroo’ terhadap ilaah-ilaah tersebut, tidak menyetujui atau meridloinya dan tidak pula menyembunyikan sedikitpun dari sikap-sikap semua itu…. Karena beliau hanyalah seorang pemberi peringatan.
Maka orang-orang yang menempatkan diri di bidang dakwah pada zaman sekarang ini, mereka perlu untuk merenungkan ayat-ayat tersebut baik-baik, dan banyak mengevaluasi diri …karena gerakan dakwah yang ingin berjuang untuk memenangkan diin Alloh ta’aalaa namun dia melemparkan prinsip yang pokok ini kebelakang punggungnya, tidak akan mungkin berjalan sesuai dengan manhaj para Nabi dan Rosul… dan lihatlah pada zaman ini kita menghadapi tersebarnya syirik berupa berhukum kepada undang-undang dan hukum buatan manusia. Maka dakwah ini harus, dan tidak boleh tidak, untuk meneladani NabiNya dalam mengikuti millah Ibrohim dengan cara membodoh-bodohkan undang-undang tersebut, menyebutkan dan mengungkapkan kekurangan-kekurangannya kepada menusia, menyatakan permusuhan kepadanya serta mendakwahkan itu semua kepada manusia … kalau tidak, lalu kapan kebenaran ini akan nampak, dan bagaimana manusia dapat memahami diin mereka dengan benar, serta dapat membedakan antara yang haq dan yang batil dan antara musuh dan waliy (kawan)… dan mungkin mayoritas orang berdalih dengan kemaslahatan dakwah dan untuk menghidari fitnah (bencana/kerusakan) … padahal fitnah apakah yang lebih besar dari pada menutup-nutupi tauhid dan menipu manusia tentang diin mereka. Dan kemaslahatan apakah yang lebih besar dari pada menegakkan millah Ibrohim serta menunjukkan sikap berwalaa’ kepada diin Alloh ta’aalaa dan permusuhan kepada thoghut yang diibadahi dan ditaati selain Alloh ta’aalaa. Dan apabila kaum muslimin tidak mendapatkan ujian dalam rangka melaksanakan itu semua, juga apabila pengorbanan itu tidak dipersembahkan dalam rangka menjalankan itu semua, lalu untuk apa ujian itu akan terjadi… maka kufur terhadap thoghut itu adalah kewajiban bagi setiap muslim, yang merupakan setengah dari syahaadatul Islaam… dan mengumumkan hal itu, menunjukkan serta menampakkannya adalah kewajiban besar juga yang harus disampaikan secara terang-terangan oleh seluruh jamaah-jamaah Islam atau minimal oleh sekelompok orang dari setiap jamaah, sehingga hal ini menjadi terkenal dan tersebar, serta menjadi simbol dan ciri khas bagi gerakan-gerakan dakwah tersebut, sebagaimana Nabi SAW dulu. Bukan hanya ketika berkuasa saja, akan tetapi juga ketika dalam keadaan lemah dan tertindas. Sehingga beliau dituding, diwaspadai dan dikatakan telah memusuhi ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) dan lain-lain… dan sungguh kami heran, kemaslahatan dakwah apakah yang ditangisi oleh para da’i (juru dakwah) tersebut. Dan diin apakah yang ingin mereka tegakkan serta perjuangkan, sedangkan rata-rata mereka gemar memuji undang-undang buatan manusia --- dan sungguh ini adalah musibah --- dan sebagian mereka menyanjung dan memberikan kesaksian atas kesuciannya. Dan banyak di antara mereka yang bersumpah untuk menghormati dan mematuhi butir-butir dan ketentuan-ketentuannya. Yang bertolak belakang dengan prinsip dan jalan yang seharusnya ditempuh. Maka sebagai ganti dari menampakkan dan menunjukkan permusuhan serta kekufuran terhadapnya, mereka menunjukkan sikap walaa' dan ridlo kepadanya. Maka apakah orang-orang semacam mereka ini bisa dikatakan sedang menyebarkan tauhid dan menegakkan diin?! Hanya kepada Alloh lah kita mengadu…
Permasalah menampakkan dan menunjukkan (baroo’ dan permusuhan terhadap ilaah-ilaah selain Alloh dan thoghut) ini, lain dengan permasalahan mengkafirkan penguasa yang bersikukuh menjalankan hukum selain syariat Ar Rohmaan (Alloh yang Maha Pengasih) … karena permasalahan ini berkaitan dengan undang-undang atau syariat atau hukum yang berlaku, dihormati dan dilaksanakan di kalangan manusia.
Oval: 14Masalah kedua: yaitu baroo’ kepada orang-orang musyrik serta kufur terhadap mereka. Juga menunjukkan permusuhan dan kebencian kepada mereka.
Al ‘Allaamah Ibnul Qoyyim rh dalam buku Ighootsatul Lahfaan mengatakan: “Dan tidak ada orang yang selamat dari syirik akbar ini kecuali orang yang memurnikan tauhidnya kepada Alloh ta’aalaa dan memusuhi orang-orang musyrik karena Alloh ta’aalaa, dan beribadah kepada Alloh ta’aalaa dengan cara membenci mereka.” Dan ia (Ibnul Qoyyim) mengatakan bahwa permasalahan ini --- yaitu masalah bersikap baroo’ terhadap orang-orang musyrik --- dikatakan oleh Ibnu Taimiyah lebih utama dari pada permasalahan yang pertama di atas (yaitu baroo’ terhadap sesembahan-sesembahan mereka).
Dan Syaikh Hamad bin ‘Atiiq rh dalam buku Sabiilun Najaat Wal Fikaak mengatakan mengenai ayat:
إنا برءاؤا منكم ومما تعبدون من دون الله
Sesungguhnya kami baroo’ kepada kalian dan kepada apa yang kalian ibadahi selain Alloh. (Al Mumtahanah: 4)
Ia mengatakan: “Dan di sini ada poin penting yaitu bahwasanya Alloh ta’aalaa lebih mendahulukan sikap baroo’ terhadap orang-orang musyrik dan orang-orang yang beribadah kepada selain Alloh ta’aalaa dari pada sikap baroo’ terhadap berhala-berhala yang diibadahi selain Alloh ta’aalaa, kerena yang pertama itu lebih penting dari pada yang kedua. Sebab sesungguhnya jika seseorang baroo’ terhadap berhala namun tidak baroo’ terhadap orang-orang yang beribadah kepadanya berarti dia belum melaksanakan kewajibannya. Dan adapun jika ia telah baroo’ kepada orang-orang musyrik maka pasti baroo’nya sudah mencakup baroo’ terhadap sesembahan-sesembahan mereka. Dan demikian pula firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
وأعتزلكم وما تدعون من دون الله
Dan aku tinggalkan kalian dan apa-apa yang kalian ibadahi selain Alloh. .. (Maryam: 48)
Dalam ayat ini lebih didahulukan meninggalkan mereka dari pada meninggalkan apa yang mereka sembah selain Alloh ta’aalaa. Dan demikian pula firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
فلما اعتزلهم وما يعبدون من دون الله
Maka ketika ia meninggalkan mereka dan apa yang mereka ibadahi selain Alloh… (Maryam: 49)
Dan firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
وإذ اعتزلتموهم وما يعبدون من دون الله
Dan ingatlah ketika kalian meninggalkan mereka dan apa yang mereka ibadahi selain Alloh. (Al Kahfi: 16)
Maka renungkanlah poin ini niscaya akan terbuka bagimu sebuah pintu menuju permusuhan dengan musuh-musuh Alloh ta’aalaa. Karena betapa banyak orang yang tidak berbuat syirik akan tetapi ia tidak memusuhi orang-orang yang berbuat syirik, sehingga ia tidak bisa dikatakan sebagai orang muslim karena dia tidak melaksanakan diin seluruh Rosul.”[8]
Dan Syaikh ‘Abdul Lathiif bin ‘Abdur Rohmaan  dalam sebuah risalah yang terdapat dalam buku Ad Duror As Sunniyah mengatakan: “Dan seseorang kadang terbebas dari kesyirikan dan mencintai tauhid akan tetapi dia melakukan kekurangan dengan tidak bersikap baroo’ terhadap orang-orang musyrik, serta tidak berwalaa’ dan membela ahlut tauhiid. Maka berarti dia telah mengikuti hawa nafsunya dan terjerumus ke dalam cabang kesyirikan yang merobohkan diinnya dan apa yang dia bangun dan meninggalkan tauhid baik pokoknya maupun cabangnya yang mengakibatkan iman yang ia ridloi tidak lurus.  Karena dia tidak mencintai dan tidak membenci karena Alloh ta’aalaa, serta tidak bermusuhan dan berwalaa’ atas dasar keagungan Dzat yang telah menciptakannya dengan sempurna. Dan semua (pemahaman) ini di ambil dari laa ilaaha illallooh.” (Dari juz Jihad, hal. 681)
Dan dalam buku yang sama hal. 842 tapi dalam risalah yang berbeda ia juga mengatakan: “Dan ibadah kepada Alloh ta’aalaa yang paling utama adalah membenci, marah, memusuhi dan jihad terhadap musuh-musuh Alloh ta’aalaa yang musyrik. Dengan ini seseorang dapat selamat dari berwalaa’ kepada selain orang-orang beriman. Dan jika dia tidak melakukannya berarti dia telah berwalaa’ kepada mereka sesuai apa yang tidak ia lakukan itu. Maka waspadalah terhadap hal-hal yang dapat merobohkan Islam dan mencabut akarnya.”
Dan Sulaimaan bin Samhaan mengatakan:
يوال ولم يبغض ولم يتجنب
وليس على نهج قويم معرب
فمن لم يعاد المشركين ولم
فليس على منهاج سنة أحمد
maka barangsiapa tidak memusuhi orang-orang musyrik dan tidak ..
berwalaa’ atau membenci atau memusuhi …
maka dia tidak berada di atas manhaj sunnah Ahmad (Nabi Muhammad)..
dan dia tidak berada di atas jalan yang lurus yang diturunkan di Arab..
Dan Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab rh mengatakan: “Seorang muslim harus menyatakan bahwa dirinya adalah termasuk kelompok orang beriman, sehingga ia menguatkan kelompok tersebut dan kelompok tersebut menguatkan dirinya, serta menggentarkan thoghut yang mana mereka tidak akan memusuhinya dengan keras sampai dia menyatakan permusuhannya tersebut kepada mereka dan bahwasanya dia termasuk kelompok yang memerangi mereka.” (dari Majmuu’atut Tauhiid)
Syaikh Husain dan Syaikh ‘Abdulloh, keduanya anak dari Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab, keduanya ditanya mengenai orang yang masuk Islam dan dia mencintai Islam dan para pemeluknya, akan tetapi dia tidak memusuhi orang-orang musyrik atau dia memusuhi mereka tapi tidak mengkafirkan mereka, maka di antara isi jawaban keduanya berbunyi: “Barangsiapa mengatakan; Saya tidak memusuhi orang-orang musyrik, atau memusuhi mereka tapi tidak mengkafirkan mereka, maka dia bukan orang muslim. Dan dia termasuk orang-orang yang dikatakan oleh Alloh ta’aalaa dalam firmanNya yang berbunyi:
ويقولون نؤمن ببعض ونكفر ببعض ويريدون أن يتخذوا بين ذلك سبيلا أولئك هم الكافرون حقا وأعتدنا للكافرين عذابا مهينا
Dan mereka mengatakan; Kami beriman dengan sebagian kitab dan kafir dengan sebagian yang lain, dan mereka hendak menempuh jalan antara hal itu. Mereka itu adalah orang-orang yang benar-benar kafir. Dan Kami telah siapkan bagi orang-orang kafir siksaan yang menghinakan. (An Nisaa’: 151)
(Dinukil dari Ad Duror).[9]
Sulaimaan bin Samhaan mengatakan:
ووال الذي والاه من كل مهتد
وأبغض لبغض الله أهل التمرد
كذا البرا من كل غاو ومعتد
فعاد الذي عادى لدين محمد
وأحب لحب الله من كان مؤمنا
وما الدين إلا الحب والبغض والولا
maka musuhilah orang-orang yang memusuhi diin Muhammad..
dan berwalaa’lah kepada orang-orang yang berwalaa’ kepadanya dari kalangan orang-orang yang mendapat petunjuk..
dan cintailah orang yang beriman atas dasar cinta kepada Alloh ta’aalaa ..
dan bencilah orang yang membangkang atas dasar benci karena Alloh..
dan diin itu tidak lain adalah, cinta, benci dan walaa’..
begitu pula baroo’ kepada setiap orang yang menyeleweng dan melampaui batas..


















Ia juga mengatakan:
لعاديت من بالله ويحك يكفر
ولما تهاجيهم وللكفر تنصـر
ولكن بأشراط هناك تذكـر
بذا جاءنا النص الصحيح المقرر
وتضليلهم فيما أتوه وأظهروا
وتدعوهموا سرا لذاك وتجهر
وملة إبراهيم لوكنت تشعر
نعم لو صدقت الله فيما زعمـته
وواليت أهل الحق سرا وجهـرة
فما كل من قد قال ما قلت مسلم
مباينة الكفار في كل موطـن
وتكفيرهم جهرا و تسفيه رأيهم
وتصدع بالتوحيد بين ظهورهـم
فهذا هو الدين الحنيفي والهـدى
ya, kalau pengakuanmu kepada Alloh itu benar-benar tulus..
tentu engkau memusuhi orang yang kafir kepada Alloh..
dan tentu engkau berwalaa’ kepada ahlul haq baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan..
dan tentu engkau tidak membenci mereka, dan tentu engkau tidak membela kekafiran..
karena tidak semua orang yang mengatakan sebagaimana yang engkau katakan berarti ia muslim..
akan tetapi ia harus memenuhi syarat-syarat yang ada..
yaitu harus berseberangan dengan orang-orang kafir di setiap tempat..
dalam hal ini telah datang kepada kita nash yang shohiih..
dan mengkafirkan mereka secara terang-terangan serta membodoh-bodohkan akal mereka..
dan menyesatkan apa yang mereka kerjakan serta apa yang mereka tunjukkan..
dan menyatakan tauhid dengan terang-terangan di hadapan mereka..
dan engkau dakwahkan hal itu kepada mereka baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan..
inilah diin yang haniif (lurus), kebenaran..
dan millah Ibrohim jika engkau menyadari..
Tentu tidak kami katakan bahwa menunjukkan baroo’ dan permusuhan ini dilakukan kepada semua orang musyrik sekalipun kepada orang-orang mu-allaf (yang ingin dijinakkan hatinya), atau kepada orang-orang yang menunjukkan kecondongannya untuk menerima Islam dan tidak menunjukkan permusuhan kepada diin Alloh ta’aalaa. Meskipun baroo’ dan permusuhan terhadap semua orang musyrik di dalam hati itu wajib ada, sampai orang musyrik tersebut membersihkan diri dari kesyirikannya. Namun menampakkan, menunjukkan dan menyatakannya secara terang-terangan kepada orang-orang kafir seperti mereka ini lain permasalahannya. Bahkan kepada orang-orang yang sombong dan dholim sekalipun, untuk pertama kali mereka didakwahi agar taat kepada Alloh ta’aalaa dengan cara yang hikmah (bijaksana) dan mau’idhoh hasanah (nasehat yang baik). Jika mereka menerima maka mereka adalah ikhwan-ikhwan kita yang harus kita cintai sesuai dengan ketaatan mereka kepada Alloh ta’aalaa. Hak mereka sama dengan hak kita dan kewajiban mereka sama dengan kewajiban kita. Tapi jika mereka menolak padahal telah diterangkan secara jelas, mereka sombong dan tetap bersikukuh dengan kebatilan dan kesyirikan mereka, dan mereka berdiri dalam barisan yang memusuhi diin Alloh ta’aalaa, maka tidak ada lagi lemah lembut dan mudaahanah (kompromi) dengan mereka… namun kewajiban kita ketika itu adalah menunjukkan dan menampakkan baroo’ kepada mereka… dan di sini harus dibedakan antara keinginan untuk memberi hidaayah kepada orang-orang musyrik dan kafir, berusaha merekrut orang untuk menjadi pembela Islam, lemah lembut dalam penyampaian, hikmah dan mau’idhoh hasanah dan antara permasalahan cinta, benci, walaa’ dan bermusuhan atas dasar diin Alloh ta’aalaa. Karena banyak orang yang mencampur adukkan masalah ini sehingga mereka merasa rancu dengan banyak nash, seperti nash yang berbunyi:
اللهم اهد قومي فإنهم لا يعلمون
Ya Alloh, berilah petunjuk kaumku karena sesungguhnya mereka itu tidak mengetahui.
Dan nash-nash yang lain.
Dan Ibrohim telah baroo’ kepada orang yang paling dekat dengannya ketika ternyata orang yang paling dekat tersebut bersikukuh dengan kesyirikan dan kekafirannya. Alloh ta’aalaa berfirman tentang beliau:
فلما تبين له أنه عدو لله تبرأ منه
Maka ketika jelas baginya bahwasanya dia (yaitu bapaknya) itu musuh Alloh iapun baroo’ kepadanya. (At Taubah: 114)
Hal itu beliau lakukan setelah beliau mendakwahinya dengan hikmah dan mau’idhoh hasanah. Engkau dapatkan beliau mengatakan kepada bapaknya:
يا أبت إني قد جاءني من العلم
Wahai bapakku sesungguhnya telah datang kepadaku ilmu.. (Maryam: 43)
يا أبت إني أخاف أن يمسك عذاب من الرحمن
Wahai bapakku sesungguhnya aku takut jika engkau tersentuh siksaan dari Ar Rohmaan.. (Maryam: 45)
Dan demikian pula Musa dengan Fir’aun... setelah Alloh ta’aalaa mengutusnya dan berfirman:
فقولا له قولا لينا لعله يتذكر أو يخشى
Maka katakanlah kepadanya dengan perkataan yang lembut supaya dia mengambil pelajaran atau merasa takut..(Toohaa: 44)
Maka beliaupun memulai dengan kata-kata yang lembut mengikuti perintah Alloh ta’aalaa. Beliau mengatakan:
هل لك إلى أن تزكى وأهديك إلى ربك فتخشى
Apakah kamu mau mensucikan diri dan saya tunjukkan kamu kepada Robb mu sehingga kamu takut kepadaNya..
Lalu beliau menunjukkan ayat-ayat dan bukti-bukti (mu’jizat)… lalu ketika Fir’aun menunjukkan pendustaan dan penolakan serta bersikukuh dengan kebatilan, maka Musa pun berkata kepadanya, sebagaimana yang Alloh ta’aalaa ceritakan:
لقد علمت ما أنزل هؤلاء إلا رب السماوات  الأرض بصائر وإني لأظنك يافرعون مثبورا
Sungguh kamu telah mengetahui mereka itu, kecuali Robb langit dan bumi, tidaklah menurunkan keterangan-keterangan dan sesungguhnya aku menyangkamu sebagai orang yang akan binasa wahai fir’aun. (Al Isroo’:102)
Bahkan beliau mendo’akan kecelakaan untuk mereka dengan doa yang berbunyi:
ربنا إنك آتيت فرعون وملأه زينة وأموالا في الحياة الدنيا ربنا ليضلوا عن سبيلك ربنا اطمس على أموالهم واشدد على قلوبهم فلا يؤمنوا حتى يروا العذاب الأليم
Wahai Robb kami sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan kaumnya berupa perhiasan dan harta di dalam kehidupan dunia ini. Wahai Robb kami, hancurkanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat siksa yang pedih. (Yuunus: 88)
Oleh karena itu orang-orang yang mendengung-dengungkan nash-nash tentang kelemah-lembutan, kesantunan dan kemudahan secara lepas, dan tidak memahaminya sebagaimana mestinya serta meletakkannya tidak pada tempatnya, hendaknya mereka banyak merenungkan dan memikirkan masalah ini, serta memahaminya dengan baik.. jika mereka memang benar-benar tulus ikhlas…
Oval: 15Dan setelah itu hendaknya mereka memahami dengan baik, bahwasanya barangsiapa yang telah dinasehati dengan berbagai macam cara dan yang kebanyakan menggunakan cara-cara yang lembut dan santun, baik melalui surat atau buku atau secara langsung dan berhadap-hadapan, yang dilakukan oleh para da’i (juru dakwah), dan telah dijelaskan kepadanya bahwasanya berhukum dengan selain apa yang diturunkan Alloh ta’aalaa itu kafir… dan dia telah memahami bahwasanya dia tidak boleh memutuskan perkara dengan selain syariat Alloh ta’aalaa … akan tetapi meskipun demikian dia tetap bersikukuh dan menyombongkan diri… meskipun secara dhohir di berbagai kesempatan dia tertawa dihadapan orang-orang yang malang itu dengan memberikan janji-janji kosong lagi dusta dan dengan kata-kata manis serta alasan-alasan yang lemah dan palsu…sedangkan perbuatannya mendustakan ucapannya. Hal itu nampak dari sikap dia yang membiarkan dan tinggal diam terhadap tumbuhnya kekafiran dan kerusakan di dalam negri dan di tengah-tengah manusia dari hari ke hari. Dan dia bersikap keras terhadap para da’i (juru dakwah) dan orang-orang yang beriman, dan menekan mush-lihiin (para aktifis pembaharuan / reformer) setelah sebelumnya senantiasa mengawasi mereka dengan para aparat dari intel dan kepolisian… dan dalam waktu yang sama ia memberikan keleluasaan kepada semua orang yang memerangi diin Alloh ta’aalaa, serta memberikan kelonggaran kepada musuh-musuh Alloh ta’aalaa dan memberikan kemudahan terhadap sarana-sarana yang merusak kepada musuh-musuh Alloh ta’aalaa bahkan menyediakan media-media massa untuk menyiarkan kerusakan dan penyelewengan mereka. Serta mengeluarkan undang-undang dan peraturan-peraturan untuk menghukum setiap orang yang menyerang El Yaasiq gaya barunya yang merupakan kesyirikan, atau orang yang menyatakan kekufuran dan baroo’nya terhadap undang-undang tersebut atau menghinanya atau menerangkan kebatilannya kepada manusia.. dan dia bersikukuh untuk menetapkannya sebagai sandaran hukum yang menjadi pemutus perkara diantara manusia dalam masalah darah (nyawa), harta dan sex (perkawinan) mereka, meskipun hukum tersebut dipenuhi dengan kufrun bawwaah (kekafiran yang nyata).. dan dia tidak mau tunduk dengan syariat Alloh ta’aalaa, dan dia tidak mau menjadikan syariat tersebut sebagai landasan hukum padahal dia mengetahui hal itu merupakan kewajiban dan yang menjadi tuntutan mush-lihiin (para aktifis pembaharuan / reformer)… dengan orang yang semacam ini kita  tidak boleh bermudaahanah (kompromi) atau berdamai atau menunjukkan sikap-sikap yang baik atau menghormatinya dengan gelar-gelar yang ia miliki atau mengucapkan selamat pada hari-hari besar  dan pada momen-momen tertentu atau menunjukkan walaa’ kepadanya dan kepada pemerintahannya… namun tidak dikatakan kepadanya kecuali sebagaimana yang dikatakan oleh Ibrohim dan orang-orang yang bersamanya kepada kaum mereka, yaitu; Sesungguhnya kami baroo’ terhadap kamu, terhadap undang-undangmu dan terhadap hukummu yang merupakan kesyirikan, dan juga terhadap pemerintahanmu yang kafir.. kami kufur (ingkar) terhadap kalian.. dan telah nyata permusuhan dan kebencian antara kami dan kalian selama-lamanya sampai kalian kembali kepada Alloh ta’aalaa dan tunduk serta patuh kepada syariatNya semata.. dan juga termasuk dalam hal ini adalah mengingatkan orang lain agar tidak berwalaa’, taat dan merasa tenang dengan mereka, dan agar tidak memperbanyak jumlah mereka dengan cara menjadi pegawai-pegawai mereka dalam pekerjaan-pekerjaan yang dapat membantu kebatilan mereka atau memperkokoh pemerintahan mereka, dan yang berfungsi menjaga atau melaksanakan undang-undang mereka yang batil seperti menjadi tentara, polisi, intel dan lain-lain…
Oval: 16Dan sungguh sikap salaf terhadap para penguasa mereka pada zaman mereka --- yang mana para penguasa tersebut sama sekali tidak dapat disamakan dengan para thoghut jaman sekarang dan orang-orang yang semacam dengan mereka --- adalah sikap yang tegas, jelas dan bersih.. dan dimanakah posisi para da’i (juru dakwah) pada zaman kita sekarang ini jika dibandingkan dengan sikap para salaf tersebut… padahal para da’i tersebut sangat terkenal dan para pengikut mereka bertepuk tangan untuk mereka… dan padahal para salaf tersebut bukanlah lulusan dari fakultas-fakultas politik atau hukum. Dan mereka juga tidak membaca surat-surat kabar atau majalah-majalah yang busuk dengan dalih untuk memahami tipu daya musuh… namun demikian mereka lari dari penguasa dan pintu-pintunya. Sedangkan penguasa tersebut mencari dan membujuk mereka dengan harta dan yang lainnya. Adapun orang-orang yang mengaku mengikuti salaf pada hari ini, dari kalangan orang-orang yang diin mereka dipermainkan oleh syetan, mereka mencari keuntungan dunia mereka dengan cara merusak diin mereka. Mereka mendatangi dan mencari-cari pintu penguasa sedangkan penguasa menghinakan mereka dan berpaling dari mereka… dahulu salaf melarang masuk ke istana para penguasa yang dholim, meskipun untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar sekalipun, karena khawatir akan tertipu dengan mereka sehingga ia akan bermudaahanah (kompromi) dengan mereka atau berbaik-baikan dengan mereka karena mereka memuliakannya, atau ia akan diam dan membiarkan sebagian kebatilan mereka. Dan para salaf dahulu memandang bahwasanya menjauhi dan mengasingkan diri dari penguasa itu lebih baik, sebagai bentuk dari baroo’ dan ingkar mereka terhadap tindakan-tindakan penguasa tersebut.. dan coba dengarkan apa yang dikatakan oleh Sufyaan Ats Tsauriy dalam suratnya kepada ‘Ibaad bin ‘Ibaad yang berbunyi: “Janganlah kamu mendekati atau bergaul dengan para penguasa sedikitpun. Dan jangan sampai ada yang mengatakan kepadamu;(Lakukan saja) supaya kamu dapat membela atau mempertahankan orang yang didholimi atau mengembalikan hak orang yang diambil secara dholim. Karena ini adalah tipu daya iblis...yang dijadikan tangga (dalih) oleh para quroo’ (ahli Al Qur’an) yang bejat.” (Dari Siyarul A’laam An Oval: 17Nubalaa’ XIII/586 dan Jaami’u Bayaanil ‘Ilmi Wa Fadl-lihi I/179) Lihatlah, Sufyaan Ats Stauriy rh mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh para da’i hari ini sebagai kemaslahatan dakwah adalah “tipu daya iblis”. Dan beliau tidak mengatakan kepada orang yang melakukannya sebagaimana yang dikatakan oleh banyak da’i zaman sekarang yang menghabiskan umur mereka untuk mengejar kemaslahatan dakwah dan membela diin di sisi musuh-musuh dan orang-orang yang memerangi diin: “Tidak begitu wahai saudaraku!! Pertahankanlah posisimu dan dekatilah mereka supaya kamu dapat meraih kedudukan atau mendapatkan kursi di kementerian atau di parlemen, dan supaya kamu dapat meringankan kedholiman atau dapat memberikan manfaat kepada saudara-saudaramu. Jangan kamu biarkan jabatan ini dipegang oleh orang-orang yang banyak maksiyat dan orang-orang yang jahat sehingga mereka memanfaatkannya dan… dan…” Namun beliau menyebut hal ini sebagai tangga (dalih) para qurroo’ (ahli Al Qur’an) yang bejat untuk meraih kesenangan dunia. Dan jika pada zaman mereka saja seperti ini, lalu bagaimana dengan zaman kita sekarang. Kami memohon kepada Alloh ta’aalaa kesejahteraan dan kami berlindung kepada Alloh ta’aalaa dari kejahatan orang-orang zaman sekarang dan dari kejahatan tipu daya mereka. Semoga Alloh ta’aalaa merahmati orang yang mengatakan:
فيه الشقاء وكل كفــر دان
من دون نص جاء في القـرآن
حب الخلاف ورشوة السلطان
قوم تراهم مهطعين لمجلـس
بل فيه قانون النصارى حاكما
تبا لكم من معشر قد أشـربوا
sebuah kaum kau lihat mereka bergegas-gegas menuju majlis…
yang di dalamnya terdapat kesengsaraan dan segala kekafiran yang hina…
bahkan di dalamnya terdapat undang-undang nasrani berkuasa…
dan bukan nash yang datang dari Al Qur’an…
sungguh celaka kalian wahai sekumpulan manusia yang telah terbuai dengan…
cinta perselisihan dan menyuap penguasa…
Dan lihatlah Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab, beliau sering mengulangi perkataan Sufyaan Ats Tsauriy yang berbunyi: “Barangsiapa bergaul dengan pelaku bid’ah, dia tidak akan selamat dari salah satu dari tiga hal:
-          Orang lain akan terkecoh dengan perbuatannya yang bergaul dengan pelaku bid’ah tersebut. Sedangkan dalam hadits disebutkan:
من سن في الإسلام سنة  حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها بعده، من غير أن ينقص من أجورهم شيء ومن سن في الإسلام سنة  سيئة كان عليه وزرها و وزر من عمل بها من بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيء
Barangsiapa membuat sebuah kebiasaan baik dalam Islam maka dia mendapatkan pahala amalannya dan amalan orang-orang yang mengikuti setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa membuat sebuah kebiasaan yang jelek dalam Islam maka dia mendapatkan dosa dari perbuatannya dan perbuatan orang yang mengikuti setelahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. (Hadits ini diriwayatkan Muslim)
-          Atau hatinya akan menganggapnya baik, sehingga ia akan tergelincir, lalu dengan itu Alloh akan memasukkannya ke dalam naar (neraka).
-          Atau dia akan mengatakan: Demi Alloh saya tidak akan menghiraukan apa yang mereka katakan dan saya yakin bahwa diriku akan tetap teguh. Padahal barang siapa merasa aman dari hal-hal yang merusak diinnya sekejap mata saja maka Alloh ta’aalaa akan merampas diinnya darinya.” (Dari Ad Duror As Sunniyah dan lain-lain)
Jika bergaul dengan pelaku bid’ah yang kebid’ahannya tidak sampai mengakibatkan kafir --- sebagaimana yang dipahami dari berbagai perkataan mereka --- saja mereka katakan seperti ini… lalu apa kiranya yang akan mereka katakan mengenai bergaul dengan orang-orang murtad dari kalangan penyembah undang-undang dan orang-orang musyrik lainnya. Dan coba perhatikan perkataannya pada poin ke tiga yang berbunyi “sesungguhnya aku yakin bahwa diriku akan tetap teguh” Dan berapa banyak para da’i pada zaman sekarang ini yang berguguran lantaran hal ini. Maka carilah keselamatan dan carilah keselamatan..
Yang jelas bagaimanapun Alloh ta’aalaa telah membantah semua metode yang bengkok tersebut yang para pelakunya berangan-angan bahwa dengannya mereka akan dapat memenangkan diin ini. Maka Alloh ta’aalaa menerangkan bahwasanya tidak ada kemenangan yang dapat diharapkan dan tidak ada kemaslahatan diin sama sekali yang terdapat pada mendekatkan diri kepada orang-orang dholim. Dalam surat Huud yang telah membuat Nabi SAW beruban Alloh ta’aalaa berfirman:
ولا تركنوا إلى الذين ظلموا فتمسكم النار وما لكم من دون الله من أولياء ثم لا تنصرون
Dan janganlah kalian rukuun (sedikit condong) kepada orang-orang dholim yang akan menyebabkan kalian disentuh naar (api neraka). Dan tidak ada wali (pelindung) bagi kalian selain Alloh kemudian kalian tidak akan mendapat pertolongan. (Huud: 113)
Maka tidak ada kemenangan bagi diin atau kemaslahatan yang terletak pada berbagai mudaahanah (kompromi) dan jalan-jalan yang menyimpang ini, meskipun orang-orang menyangka demikian… kecuali jika sentuhan naar (api neraka) itu menurut mereka adalah kemaslahatan dakwah … maka sadarlah dari tidurmu dan janganlah kamu terpengaruh oleh setiap orang yang berkicau dan menggonggong.
Oval: 18Para ahli tafsir mengatakan tentang firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi:
لا تركنوا
Janganlah kalian rukuun.
Ar Rukuun artinya adalah sedikit condong.
Abul ‘Aaliyah berkata: “Dan janganlah kalian condong kepada mereka dengan sepenuhnya dalam mencintai dan lemah-lembut dalam berbicara.”
Dan Sufyaan Ats Tsauriy mengatakan: “Barangsiapa mencairkan tinta atau merautkan pena atau mengambilkan kertas untuk mereka maka dia telah terjerumus dalam larangan tersebut.”
Syaikh Hamad bin ‘Atiiq berkata: “Alloh ta’aalaa mengancam untuk menyentuhkan naar (api neraka) kepada setiap orang yang rukuun (sedikit condong) kepada musuh-musuhNya meskipun hanya dengan berkata lembut.”
Dan Syaikh ‘Abdul Lathiif bin ‘Abdur Rohmaan --- beliau juga termasuk salah seorang imam dakwah najdiyah salafiyah --- setelah menyitir perkataan para ahli tafsir yang berkenaan dengan makna rukuun di atas, ia mengatakan: “Hal itu karena dosa syirik itu merupakan tingkatan kemaksiatan kepada Alloh ta’aalaa yang paling tinggi. Lalu bagaimana jika selain itu ditambah dengan sesuatu yang lebih buruk lagi, seperti mengolok-olok ayat-ayat Alloh ta’aalaa, mencampakkan hukum-hukum dan perintah-perintahNya, dan menyebut apa yang menyelisihi dan bertentangan denganNya sebagai keadilan, sedangkan Alloh ta’aalaa, RosulNya dan orang-orang beriman mengetahui bahwa itu semua adalah kekafiran, kebodohan dan kesesatan. Barangsiapa memiliki sedikit saja harga diri dan hatinya masih ada kehidupan tentu dia akan tersinggung karena Alloh ta’aalaa, Rosul, kitab dan diinNya, dan tentu dia akan mengingkarinya dengan keras pada setiap pertemuan dan setiap majlis. Dan ini merupakan jihad yang mana tanpa dengannya tidak akan terjadi jihad melawan musuh. Maka tunjukkanlah diin Alloh ta’aalaa dan senantiasalah saling mengingatkan tentangnya, celalah apa yang menyelisihinya dan baroo’ kepadanya dan kepada pelakunya. Dan perhatikanlah sarana-sarana yang menjerumuskan kepada kerusakan yang sangat besar ini. Dan perhatikanlah dalil-dalil syar’iy yang menutup sarana-sarana tersebut. Kebanyakan manusia meskipun dia telah baroo’ kepadanya dan kepada pelakunya namun mereka menjadi bala tentera pemimpin mereka, ramah kepada pemimpin tersebut dan menjaga kekuasaannya. Hanya kepada Alloh ta’aalaa sajalah kita memohon pertolongan.” (Dari Ad Duror, juz Jihad, hal. 161) Demi Alloh, alangkah menakjubkannya beliau ini, seolah-olah ia berbicara mengenai jaman kita sekarang ini.
Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab mengatakan: ”Alloh…Alloh…Wahai saudara-saudaraku berpegang teguhlah kalian dengan pokok diin kalian. Dan yang mana yang paling utama, pondasi dan kepalanya adalah syahadat laailaaha illallooh. Pahamilah artinya, cintailah ia dan orang-orang yang melaziminya, dan jadikanlah mereka sebagai saudara-saudara kalian meskipun secara nasab (hubungan darah) mereka jauh darimu. Dan kufurlah terhadap thoghut, musuhilah dan bencilah mereka dan bencilah pula orang yang mencintai mereka. Atau debatlah dia kenapa dia tidak mengkafirkan mereka, atau kenapa dia mengatakan; Apa peduliku dengan mereka, atau kenapa dia mengatakan; Alloh ta’aalaa tidak membebaniku untuk mengurusi mereka. Karena orang ini telah membuat kebohongan atas nama Alloh… dan telah berbuat dosa yang nyata. Karena sesungguhnya Alloh ta’aalaa telah memerintahkan kepada setiap muslim agar membeci orang-orang kafir, dan mewajibkannya agar memusuhi dan mengkafirkan mereka serta baroo’ terhadap mereka, meskipun mereka itu adalah bapak-bapak atau anak-anak atau saudara-saudaranya. Oleh karena itu takutlah kepada Alloh dan takutlah kepada Alloh…pegangilah itu semua supaya kalian menjumpai Robb kalian dalam keadaan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun.” (Dari Majmuu’atut Tauhiid)
Oval: 19Peringatan: Setelah ini semua, maka ketahuilah bahwasanya pelaksanaan millah Ibrohim ini tidaklah bertentangan dengan pelaksanaan sirriyyah (bergerak secara sembunyi-sembunyi) dan kitmaan (menjaga rahasia) dalam berjuang untuk memenangkan diin..dan semua penjelasan ini juga tidaklah bertentangan dengan usaha besar yang ditempuh oleh Nabi SAW, dan dalil-dalilnya dari siiroh (sejarah) sangat banyak kalau mau dihitung… namun yang benar adalah sirriyyah ini harus diletakkan pada tempatnya yang sesuai… yaitu sirriyyah dalam membuat perencanaan dan dalam melakukan i'daad (persiapan). Adapun millah Ibrohim dan kufur terhadap thoghut serta terhadap manhaj-manhaj dan ilaah-ilaah (sesembahan-sesembahan) mereka yang batil, semua ini tidak mengandung unsur sirriyyah, akan tetapi ini adalah dakwah yang terang-terangan sehingga harus dijelaskan secara terang-terangan sejak pertama kali melangkah sebagaimana yang telah kami jelaskan di muka. Dan beginilah cara memahami sabda Nabi SAW yang berbunyi:
لاتزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق
Akan senatiasa ada sekelompok orang dari umatku yang yang dhoohir di atas kebenaran. (Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dan lain-lain)
Adapun menyembunyikan dan menutup-nutupinya sebagai bentuk mudaahanah (toleransi, kompromi) dengan thoghut, ini berarti masuk ke dalam barisan mereka..dan ingin mendapatkan jabatan dari mereka… maka ini bukanlah yang dicontohkan Nabi SAW .. akan tetapi ini adalah ajaran dan sirriyyah orang yang menggunakan sistem organisasi buatan manusia, yang mana kepada mereka ini seharusnya dikatakan:
لكم دينكم ولي دين
Bagi kalian adalah diin kalian dan bagiku adalah diinku.
Ringkas kata dari permasalahan ini adalah bahwasanya sirriyyah itu dilakukan dalam i'daad dan perencanaan, sedangkan terang-terangan itu dilakukan dalam menyampaikan dakwah.
Kami menjelaskan masalah ini karena banyak orang, baik dari kalangan murjifiin (orang-orang yang suka melemahkan semangat) maupun orang-orang yang tidak memahami dakwah para Nabi secara benar, yang mengatakan karena kebodohan mereka; Metode yang anda serukan itu akan membongkar rahasia kami, mengungkap program-program kami dan akan menghancurkan dakwah dan buah-buah yang dihasilkannya dengan cepat…
Kepada orang-orang semacam mereka ini kami katakan: Pertama; Sesungguhnya buah-buah yang semu tersebut tidak akan matang dan tidak akan menunjukkan kebaikannya kecuali jika ditanam di atas manhaj nubuwwah (metode Nabi), dan kenyataan yang dialami oleh gerakan-gerakan dakwah hari ini menjadi bukti yang paling nyata, setelah dalil-dalil syar’iy di depan mengenai millah Ibrohim dan dakwah para Nabi dan Rosul SAW… karena sesungguhnya apa yang menimpa kita hari ini berupa bodohnya umat Islam dan bercampur-aduknya antara yang haq dan yang batil serta tidak jelasnya sikap al walaa’ wal baroo’, sebenarnya hanyalah diakibatkan oleh diamnya dan kitmaannya para ulama’ dan da’i terhadap kebenaran ini. Seandainya mereka menunjukkan dan menyatakan kebenaran tersebut secara terang-terangan, sebagaimana yang dilakukan oleh para Nabi tentu kebenaran itu akan nampak jelas bagi seluruh manusia. Dan dengan begitu tentu akan tersaring dan terpisah antara ahlul haqq dengan ahlul baathil, dan tentu ajaran Alloh ta’aalaa akan tersampaikan, serta pasti akan hilang kekaburan yang terjadi pada manusia, terutama mengenai masalah-masalah penting dan fital pada zaman ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh orang:
إذا تكلم العالم تقية والجاهل بجهله فمتى يظهر الحق
Apabila ulama’ berbicara secara taqiyah (memelintir perkataan supaya tidak difahami hakekatnya karena takut / khawatir), sedangkan orang yang bodoh tetap dengan kebodohannya, maka kapan kebenaran akan nampak.
Dan apabila diin Alloh ta’aalaa dan tauhid, baik secara ‘amaliy maupun i'tiqoodiy tidak jelas bagi manusia…maka buah apakah yang ditunggu-tunggu dan diharapkan oleh para da’i itu?
Apakah berupa Daulah Islaamiyah? Sesungguhnya menampakkan tauhid yang benar kepada manusia, mengentaskan mereka dari kegelapan syirik menuju cahaya tauhid adalah tujuan terbesar dan target terpenting, meskipun dalam rangka mewujudkan itu gerakan-gerakan dakwah harus mendapatkan bencana dan para da’i harus mendapatkan ujian…
Oval: 20Dan bukankah diin itu tidak akan nampak kecuali dengan pertarungan dan ujian:
ولو لا دفع الله الناس بعضهم ببعض  لفسدت الأرض
Seandainya Alloh tidak menolak sebagian manusia dengan sebagian yang lain pasti bumi akan rusak. (Al Baqoroh: 251)
Maka beginilah cara meninggikan diin Alloh ta’aalaa, menyelamatkan manusia dan mengentaskan mereka dari berbagai kesyirikan. Dan inilah tujuan yang dalam rangka mewujudkannya terjadi cobaan dan menghadapi sengsaranya pengorbanan…sedangkan daulah Islamiyah itu tidak lain hanyalah salah satu sarana untuk mencapai tujuan yang paling besar ini.. dan dalam peristiwa ash-haabul ukh-duud terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal. Karena pemuda yang sebagai seorang da’i yang tulus itu, ia tidak menegakkan daulah dan tidak pula meraih kekuasaan, akan tetapi dia telah menunjukkan tauhid dengan sejelas-jelasnya, dan dia telah membela diin yang haq dengan pembelaan yang kuat dan dia telah meraih syahaadah (mati syahid). Lalu kalau sudah begitu apalagi nilainya hidup ini, dan apa beratnya dibunuh, dibakar dan disiksa jika seorang da’i telah meraih kesuksesan yang paling besar… baik tegak daulah maupun tidak.. meskipun orang-orang beriman dibakar dan digalikan parit-parit, sesungguhnya mereka telah meraih kemenangan karena kalimatulloh telah nampak jelas dan tinggi… selain itu mereka telah meraih syahaadah (mati syahid) dan mendapatkan jannah .. maka alangkah berbahagianya dia dengan apa yang telah ia raih dan alangkah bahagianya dia..
Dengan demikian engkau dapat memahami bahwa orang-orang bodoh yang mengatakan: “Sesungguhnya metode dakwah seperti ini akan menghancurkan dakwah dan akan mempercepat rusaknya buah-buah yang telah diraih dalam dakwah.” adalah merupakan irjaaf (usaha untuk melemahkan semangat) dan kebodohan. Karena metode dakwah seperti ini merupakan ajaran dalam diin Alloh ta’aalaa yang Alloh ta’aalaa janjikan akan dimenangkan atas seluruh diin meskipun orang-orang musyrik tidak menyukainya. Dan hal itu tidak diragukan lagi pasti terrealisasi. Sedangkan menang dan tingginya diin Alloh ta’aalaa itu tidaklah tergantung dengan para murjifiin (orang-orang yang berusaha melemahkan semangat) tersebut sehingga akan gagal dengan kegagalan mereka atau akan hancur dengan hancurnya mereka atau dengan berpalingnya mereka… Alloh ta’aalaa berfirman:
وإن تتولوا يستبدل قوما غيركم ثم لا يكونوا أمثالكم
Dan jika kalian berpaling, Alloh akan mengganti kalian dengan kaum yang lain kemudian mereka tidak berlaku seperti kalian. (Muhammad: 38)
Dan Alloh ta’aalaa berfirman:
يا أيها الذين آمنوا من يرتد منكم عن دينه فسوف يأتي الله بقوم يحبهم ويحبونه أذلة على المؤمنين أعزة على الكافرين يجاهدون في سبيل الله ولا يخافون لومة لائم ذلك فضل الله يؤتيه من يشاء والله واسع عليم
Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kalian murtad dari diinnya niscara Alloh akan mendatangkan sebuah kaum yang Alloh cintai dan mereka mencintai Alloh, yang lemah-lembut terhadap orang-orang beriman dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir, berjihad di jalan Alloh, dan mereka tidak takut dengan celaan orang-orang yang mencela. Itu adalah karunia Alloh yang diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan Alloh Maha Luas lagi Maha Mengetahui. (Al Maa idah: 54)
Dan Alloh ta’aalaa berfirman:
ومن يتول فإن الله هو الغني الحميد
Dan barang siapa berpaling maka sesungguhnya Alloh adalah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Al Hadiid: 24)
Dan inilah dakwah para Nabi dan Rosul serta para pengikut mereka, yang merupakan bukti yang paling nyata dalam sejarah. Dan sungguh mereka adalah orang-orang yang paling berat ujiannya namun hal itu tidak berpengaruh terhadap cahaya mereka, bahkan hanya semakin menambah jelas dan terkenal serta merasuk ke dalam hati manusia dan dikalangan mereka. Dan lihatlah sampai hari ini dakwah tersebut terus menjadi cahaya yang menerangi jalan orang-orang beriman dalam berdakwah. Dan inilah kebenaran yang tidak diragukan lagi.
Oval: 21Kemudian selain itu semua, di sini ada satu permasalahan terakhir yang harus dipahami… yaitu bahwasanya menyatakan permusuhan dan baroo’ secara terang-terangan kepada orang-orang kafir yang membangkang, dan menunjukkan kekufuran terhadap sesembahan mereka yang batil dan berbeda-beda pada setiap zaman… meskipun hal ini merupakan sikap dasar setiap da’i muslim… dan inilah ciri khas para Nabi serta metode dakwah mereka yang lurus dan jelas.. yang mana jika tidak melaksanakan dan mengikutinya, gerakan-gerakan dakwah tersebut tidak akan sukses, tidak akan benar tujuan dan sikapnya, tidak akan nampak jelas diin Alloh ta’aalaa, dan manusia tidak akan memahami kebenaran. Namun demikian jika telah ada sekelompok ahlul haqq yang menyampaikannya dengan terang-terangan, maka gugurlah kewajiban tersebut --- yaitu kewajiban untuk menyampaikannya secara terang-terangan --- dari yang lain, terutama bagi orang-orang yang lemah dan tertindas. Adapun kebencian dan permusuhan itu sendiri merupakan kewajiban setiap muslim disetiap waktu dan tempat. Karena sebagaimana yang telah saya sampaikan bahwsanya hal ini adalah kandungan laa ilaaha illallooh yang mana Islam seseorang tidak akan syah kecuali dengannya. Namun jika hal ini ditinggalkan secara keseluruhan dalam dakwah, padahal ini adalah prinsip yang paling pokok dalam dakwah para Nabi, maka ini adalah aneh dan mengada-ada, dan bukan termasuk ajaran Islam sama sekali, bahkan para da’i yang berdakwah dengan tidak mengikuti petunjuk Nabi SAW itu taqlid dan mengekor kepada partai-partai buatan manusia dan gerakan-gerakannya, yang menggunakan prinsip taqiyah (memelintir perkataan supaya tidak difahami hakekatnya karena takut / khwatir) dalam berbagai keadaan dan tidak menghiraukan larangan mudaahanah (kompromi, toleransi) dan tidak merasa keberatan dengan kemunafikan …
Dan pengecualian yang kami tetapkan ini tidaklah muncul dari hawa nafsu atau akal-akalan belaka akan tetapi bersumber dari nash-nash syar’iy yang banyak … dan bagi orang yang memberhatikan siiroh Nabi SAW ia akan memahami masalah ini dengan jelas… sebagai contoh lihatlah kisah Islamnya ‘Amr bin ‘Abasah As Sulamiy yang terdapat dalam Shohiih Muslim, dan yang dijadikan landasan adalah perkataan ‘Amr bin ‘Abasah As Sulamiy yang berbunyi: “Sungguh aku ingin mengikutimu.” Maka Rosululloh bersabda:
إنك لا تستطيع ذلك يومك هذا ألا ترى حالي وحال الناس ولكن ارجع إلى أهلك فإذا سمعت بي قد ظهرت  فأتني...
Pada hari ini kamu tidak akan mampu melakukaannya. Tidakkah kamu melihat apa yang terjadi antara aku dan orang-orang. Maka kamu pulang saja ke keluargamu, apabila kamu mendengar aku telah menang maka datanglah kepadaku….(Hadits)
An Nawawiy mengatakan: “Maksudnya adalah ia mengatakan kepada Rosul; Sesungguhnya aku ingin mengikutimu dalam menunjukkan Islam di sini dan aku akan tinggal bersamamu. Maka beliau menjawab; Kamu tidak akan mampu karena kekuatan kaum muslimin lemah dan kami khawatir kamu akan mendapatkan gangguan dari orang-orang kafir Quroisy. Namun kamu telah memperoleh pahala, maka tetaplah kamu Islam dan kembalilah kepada kaummu. Dan tetaplah kamu Islam sampai kamu mengetahui bahwa aku telah menang, maka datanglah kepadaku…” Ini adalah salah seorang yang diijinkan Nabi SAW untuk tidak menunjukkan dan menampakkan diinnya… karena ketika itu diin Alloh ta’aalaa dan dakwah Nabi SAW telah terkenal dan telah nampak. Yang menunjukkan hal ini adalah sabda beliau dalam hadits yang sama yang berbunyi:
ألا ترى حالي وحال الناس
Apakah kamu tidak melihat apa yang terjadi antara aku dan orang-orang.
Dan juga kisah Islamnya Abu Dzar yang terdapat dalam Shohiih Al Bukhooriy, dan yang dijadikan landasan adalah sabda Rosul kepadanya yang berbunyi:
يا أبا ذر اكتم هذا الأمر وارجع إلى بلدك فإذا بلغك ظهورنا فاقبل ...
Wahai Abu Dzar, sembunyikanlah masalah ini, dan pulanglah ke negerimu. Lalu apabila kamu telah mendengar kami menang maka datanglah… (Hadits)
Namun demikian Abu Dzar malah menyatakannya dengan terang-terangan di hadapan orang-orang kafir karena ingin mengikuti cara dan metode Nabi SAW. Meskipun mereka memukulinya sampai hampir mati, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits, dan meskipun ia malahan mengulangi perbuatannya, meskipun demikian Nabi SAW tidak mengingkari perbuatannya dan tidak pula melemahkan semangatnya. Atau mengatakan kepadanya sebagaimana yang dikatakan oleh para da’i zaman sekarang, yang mengatakan: Dengan perbuatanmu ini kamu telah mengacaukan dakwah dan menimbulkan fitnah (bencana), membahayakan dakwah dan memperlambatnya selama seratus tahun…. Dan tidaklah mungkin Rosululloh mengatakan seperti itu… karena beliau adalah suri tauladan dan panutan dalam meniti jalan dakwah bagi seluruh manusia sampai hari qiyamat. Maka sembunyi-sembunyi dalam mengikuti dakwah yang dilakukan oleh sebagian mustadl’afiin (orang-orang yang lemah dan tertindas) adalah sebuah permasalahan sedangkan nampak dan jelasnya diin adalah permasalahan yang lain. Dahulu dakwah Nabi SAW adalah jelas dan terkenal, dan semua orang tahu bahwa pokok dan konsentrasinya adalah kufur terhadap thoghut-thoghut yang ada pada zaman itu, dan bertauhid dalam berbagai macam bentuk ibadah kepada Alloh ta’aalaa … sampai-sampai beliau benar-benar mengingatkan agar menjauhi thoghut tersebut dan memeranginya dengan berbagai sarana. Dan tidaklah para pengikutnya yang mustadl’afiin (lemah lagi tertindas) itu memerlukan untuk menyembunyikan diri dan hijroh, dan tidak pula mereka akan mendapatkan gangguan dan penindasan kecuali disebabkan karena jelas dan terkenalnya dakwah. Seandainya mereka mau sedikit saja bermudaahanah (kompromi) sebagaimana yang dilakukan orang-orang pada zaman sekarang ini, tentu  itu semua tidak akan terjadi.
Oval: 22Dan setelah engkau memahami poin ini, engkau akan memahami permasalah penting yang lain, yaitu: bolehnya melakukan mukhooda’ah (tipu daya) terhadap orang-orang kafir dan bolehnya sebagian kaum muslimin bersembunyi di sela-sela barisan mereka ketika terjadi konfrontasi dan peperangan, selama diin itu telah dhoohir (nampak jelas) dan prinsip dakwah telah terkenal… maka dalam kondisi semacam ini dibenarkan untuk beralasan dengan peristiwa pembunuhan Ka’ab bin Al Asyroof dan yang semisalnya… adapun menghabiskan umur sebagai pasukan thoghut yang berwalaa’ dan bermudaahanah, hidup dan mati untuk mengabdi kepada mereka dan mengabdi kepada lembaga-lembaga mereka yang jahat dengan alasan untuk berdakwah dan memperjuangkan diin, sebagai mana yanng dilakukan oleh para da’i tersebut… sehingga mengaburkan diin manusia dan mengubur tauhid… maka sesungguhnya cara-cara tersebut adalah di barat sedangkan dakwah Nabi SAW dan petunjuk beliau berada di ujung timur.
شتان بين مشرق و مغرب
سارت مشرقة وسرت مغربا
ia berjalan ke timur sedangkan aku berjalan ke barat…
sungguh berbeda antara orang yang berjalan ke timur dengan orang yang berjalan ke barat…
Oval: 24Oval: 23Dengan demikian maka millah Ibrohim adalah cara dakwah yang benar .. yang menyebabkan perpisahan dengan orang-orang yang dicintai dan menyebabkan pemenggalan leher … adapun jalan-jalan, cara-cara dan manhaj-manhaj lain yang bengkok dan menyeleweng yang digunakan untuk meneguhkan diin Alloh ta’aalaa dengan tanpa menjauhi pangkat dan kedudukan, dan dengan tanpa marah terhadap para pemegang kekuasaan .. atau tanpa harus kehilangan istana, istri-istri dan kebahagiaan dalam keluarga, rumah dan negara, maka ini sama sekali bukanlah millah Ibrohim, meskipun orang-orang yang melakukan gerakan-gerakan dakwah tersebut mengaku bahwa mereka berada di atas manhaj salaf dan manhaj dakwah para Nabi dan Rosul… dan sungguh kami pernah melihat mereka… kami pernah melihat bagaimana wajah mereka berseri-seri dihadapan orang-orang munafiq dan dholim, bahkan dihadapan orang-orang kafir yang menentang Alloh ta’aalaa dan RosulNya, bukan untuk mendakwahi mereka atau mengharapkan mereka dapat hidayah, akan tetapi orang-orang tersebut bergaul dengan mereka sebagai bentuk mudaahanah (kompromi) dan sikap diam orang-orang tersebut terhadap kebatilan mereka. Dan orang-orang tersebut bertepuk tangan dan berdiri untuk menghormati mereka. Orang-orang tersebut mengagungkan mereka dengan cara memanggil mereka dengan gelar-gelar mereka… seperti Shoohibul Jalaalah (yang agung), Al Malikul Mu’adh-dhom (raja yang diagungkan), Ar Ro-iisul Mukmin (pemimpin yang beriman), Shoohibus Sumuwwi (yang mempunyai derajat tinggi) bahkan Imaamul Muslimiin dan Amiirul Mukminiin, padahal mereka memerangi Islam dan Oval: 25kaum muslimin.[10]… Ya, demi Alloh ta’aalaa  kami melihat diantara mereka pergi pada waktu pagi dan pulang  pada waktu sore … menjual diin nya dengan harga  yang lebih murah dari pada sayap nyamuk … pada waktu sore dia beriman, belajar tauhid dan mungkin mengajar tauhid namun pada waktu pagi dia bersumpah untuk menghormati hukum dan undang-undang kafir, dan dia bersaksi atas kesucian undang-undang buatan manusia … Dan memperbanyak barisah orang-orang dholim dan menemani mereka dengan wajah yang berseri-seri dan dengan kata-kata yang manis… Padahal siang dan malam mereka membaca ayat-ayat yang melarang mereka untuk sedikit condong atau taat kepada orang dholim dan ridho terhadap sebagian dari kebatilan mereka. Mereka membaca ayat-ayat tersebut seperti :
ولا تركنوا إلى الذين ظلموا فتمسكم النار
Dan janganlah kalian sedikit condong kepada orang-orang dholim sehingga kalian disentuh naar (api neraka). (QS.Huud : 113)
Dan :
وقد نزل عليكم في الكتاب  أن إذا سمعتم آيات الله يكفر بها ويستهزأ بها فلا تقعدوا معهم حتى يخوضوا في حديث غيره إنكم إذا مثلهم ...
Dan sungguh Alloh telah menurunkan kepada kalian dalam kitab bahwasanya apabila kalian mendengar ayat-ayat Alloh dikafirkan dan di olok-olok maka janganlah kalian duduk bersama mereka sampai mereka berbicara tentang yang lain, jika demikian kalian seperti mereka … (An-Nisaa’ : 140)
            Syaikh Sulaimaan bin ‘Abdulloh bin Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab mengatakan tentang makna firman Alloh ta’aalaa yang berbunyi :
إنكم إذا مثلهم
jika demikian kalian seperti mereka,
ayat ini sesuai dengan dhohirnya yaitu bahwasanya apabila seseorang mendengar ayat-ayat Alloh ta’aalaa dikufuri dan  di olok-olok lalu dia duduk bersama orang-orang kafir yang mengolok-olok tersebut, dengan tanpa ikrooh (dipaksa) atau mengingkari atau pergi dengan meninggalkan mereka… sampai mereka berbicara tentang yang lain, maka dia kafir seperti mereka meskipun dia tidak melakukan apa yang mereka lakukan … “ (Dari Ad Duror As Sunniyah, juz Jihad hal. 79).
Dan firman Alloh ‘Azza wa Jalla :
وإذا رأيت الذين يخوضون في آياتنا فأعرض عنهم حتى يخوضوا في حديث غيره
Dan apabila kamu melihat orang-orang yang mempermainkan ayat-ayat Kami maka berpalinglah kalian dari mereka sampai mereka berbicara tentang yang lain. (Al An’am : 68)
            Al Hasan Al Bashriy mengatakan: “Dia tidak boleh duduk bersama mereka baik mereka mempermainkan atau tidak mempermainkan, berdasarkan firman Alloh ta’aalaa:
وإما ينسينك الشيطان فلا تقعد بعد الذكرى مع القوم الظالمين
Dan apabila syetan menjadikan kamu lupa maka setelah ingat janganlah kamu duduk bersama orang-orang dholim. (Al An’aam: 68)
Dan begitu pula firman Alloh ta’aalaa:
ولولا أن ثبتناك لقد كدت تركن إليهم شيئا قليلا إذا لأذقناك ضعف الحياة وضعف الممات ثم لا تجد لك علينا نصيرا
Dan jika tidak Kami teguhkan kamu tentu kamu benar-benar hampir rukuun (sedikit condong) kepada mereka. Dengan demikian Kami akan rasakan kepadamu siksaan yang berlipat ganda pada waktu hidup dan sesudah mati, kemudian kamu tidak akan mendapatkan penolong dari Kami. (Al-Isro’ : 74­)
            Syaikh Sulaimaan bin ‘Abdulloh mengatakan: “Apabila perkataan ini ditujukan kepada manusia yang paling mulia SAW, lalu bagaimana dengan orang yang lainnya.” (Dari Ad Duror As Sunniyah, juz Jihad hal. 47)
            Dan mereka juga membaca firman Alloh ta’aalaa yang menggambarkan keadaan orang-orang beriman:
والذين هم عن اللغو معرضون
Dan orang-orang yang berpaling dari perkataan atau perbuatan yang tidak berguna. (QS. Al Mu’minun:3)
Dan firman Alloh ta’aalaa:
والذين لا يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما
Dan orang-orang yang tidak memberi kesaksian palsu dan apabila mereka melewati hal yang tidak berguna mereka melewatinya dengan mulia. (QS. Al Furqoon: 72)
            Dan mereka mengaku bahwa mereka di atas manhaj Salaf, padahal salaf lari menjauh dari pintu-pintu dan kedudukan yang diberikan para penguasa pada masa syariat dan kebenaran berkuasa, bukan pada masa kedholiman dan kegelapan… Dan demi Alloh ta’aalaa, tidaklah diletakkan pedang di atas leher mereka atau dibelenggu kaki mereka atau dipaksa untuk begitu…. akan tetapi mereka melakukannya dengan suka rela dan membayar uang yang banyak…. dan diplomasi-diplomasi yang kuat. Maka kami berlindung kepada Alloh ta’aalaa dari hawa nafsu dan tertutupnya penglihatan…Mereka tidak mengatakan: ”Kami lakukan ini semua karena tamak terhadap dunia.”…namun mereka mengatakan bahwa ini semua mereka lakukan untuk kemaslahatan dakwah dan memperjuangkan diin…lalu siapakah yang kalian tertawakan wahai orang-orang yang malang… apakah kami yang lemah ini?? Sesungguhnya kami tidak kuasa memberikan manfaat atau madlorot kepada kalian …ataukah penguasa langit dan bumi, yang tidak ada sesuatupun yang tersembunyi dariNya dan Dia mengetahui apa yang kalian bisikkan….
            Dan kami telah mendengar mereka menuduh orang-orang yang tidak sependapat dengan mereka dan mengingkari mereka atas perbuatan tersebut, sebagai orang-orang yang dangkal pemikirannya dan sedikit pengalamannya, dan bahwasanya mereka tidak secara hikmah dalam berdakwah dan tidak sabar dalam menuai hasil atau tidak memahami waaqi’ (kondisi realita) dan sunnah kauniyah (hukum alam)…. dan bahwasanya mereka tidak memahami politik dan dangkal pemahamannya. Sedangkan orang-orang yang malang itu tidak menyadari, bahwasanya mereka tidaklah menuduh orang-orang tertentu akan tetapi yang mereka tuduh itu adalah diin seluruh Rosul dan millah Ibrohim …yang diantara prinsip terpentingnya adalah menyatakan baroo’ dan kufur kepada musuh-musuh Alloh ta’aalaa dan kepada jalan-jalan mereka yang menyimpang, dan menunjukkan permusuhan serta kebencian kepada manhaj-manhaj mereka yang kafir…Dan mereka tidak menyadari bahwa dengan mengatakan seperti itu berarti mereka menuduh bahwasanya Ibrohim  dan orang-orang yang bersamanya itu tidak berdakwah secara hikmah dan tidak memahami waaqi’ (kondisi realita)…..dan bahwasanya mereka itu ekstrim dan tergesa-gesa…padahal Alloh ta’aalaa telah memuji mereka dan memerintahkan kita agar mendahului mereka….Alloh ta’aalaa berfirman:
قد كانت لكم أسوة حسنة في إبراهيم و الذين معه
Sungguh telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada diri Ibrohim dan orang-orang yang bersamanya. (QS. Al Mumtahanah: 4)
Dan Alloh ta’aalaa berfiman:
ومن أحسن دينا ممن أسلم وجهه لله وهو محسن واتبع ملة إبراهيم حنيفا واتخذ الله إبراهيم خليلا
Dan siapakah yang lebih baik diinnya daripada orang yang menyerahkan wajahnya kepada Alloh sedangkan dia berbuat baik dan mengikuti millah Ibrohim yang lurus. Dan Alloh telah menjadikan Ibrohim  sebagai kholiil (kekasih). (QS. An Nissa’: 125)
Dan Alloh ta’aalaa menjauhkan Ibrohim  dari kebodohan dan menyatakan bahwa  ia adalah orang yang mendapat petunjuk….dalam firmanNya:
ولقد آتينا إبراهيم رشده من قبل وكنا به عالمين
Dan sungguh Kami telah anugerahkan kepada Ibrohim  petunjuk sebelumnya dan Kami adalah mengetahui tentang dirinya. (QS. Al Anbiyaa’:51)
Kemudian Alloh ta’aalaa menceritakan dakwahnya, bahkan Alloh ta’aalaa menerangkan sebagaimana yang telah kami uraikan di depan bahwasanya tidak ada yang membenci millah Ibrohim  kecuali orang yang bodoh….Dan bagaimana mungkin orang yang bodoh itu dapat berdakwah secara hikmah, memiliki pemahaman yang jelas, manhaj yang benar dan jalan yang lurus sebagai mana yang ia klaimkan….??


[1] Ini adalah potongan dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jundab bin ‘Abdulloh secara marfuu’
[2] As Su’daan adalah nama duri yang terkenal. Dalam hadits disebutkan bahwa anjing-anjing jahannam memiliki duri tersebut.
[3] Dan saya telah menulis bantahan terhadap perkataan mereka ini dalam sebuah risalah dari penjara yang saya beri judul “Asy Syihaabuts Tsaaqib Fir Rodd ‘Alash Shohaabiy Haathib”.
[4] Perlu diketahui bahwasanya mereka di penjara berdamai dengan musuh-musuh Alloh dan memerangi dakwah tauhid, bahkan mereka sholat di belakang para pasukan kesyirikan dan undang-undang tanpa ada paksaan. Sedangkan kami mengadakan sholat jum’at dan sholat jamaah sendiri dan diikuti oleh para tahanan yang lain. Adapun mereka, mereka sholat dibelakang orang-orang musyrik, mengucapkan salam duluan dan menghormati mereka. Sebagian mereka ada yang mencium dan mengucapkan selamat pada hari-hari besar tertentu. Bahkan kami pernah melihat diantara aktifis dakwah yang mengucapkan selamat kepada mereka atas gaji yang mereka dapatkan dari thogut yang kafir.
[5] Dan seorang hamba tidak akan mampu menghadapi kesyirikan dan penganutnya, dan juga tidak akan kuat untuk bersikap baroo’ kepada mereka serta menunjukkan permusuhan terhadap kebatilan mereka kecuali dengan beribadah kepada Alloh dengan sebenar-benarnya. Dan Alloh SWT telah memerintahkan NabiNya Muhammad SAW untuk tilawatul Qur’an dan qiyaamul lail ketika di Mekah, dan Alloh memberitahukan kepadanya bahwa hal itu merupakan bekal yang dapat membantunya untuk memikul beban dakwah yang berat, yang tercantum sebelum firmanNya:
إنا سنلقي عليك قولا ثقيلا
Sesungguhnya Kami akan menyampaikan kepadamu perkataan yang berat. (Al Muzzammil: 5)
Alloh berfirman:
يا أيها المزمل قم الليل إلا قليلا نصفه او انقص منه قليلا أوزد عليه ورتل القرآن ترتيلا
Wahai orang yang berselimut, bangunlah pada malam hari kecuali sedikit, separohnya atau kurangilah sedikit dari itu atau tambahlah, dan bacalah Al Qur’an dengan tartiil. (Al Muzzammil: 1-4)
Maka Nabi dan para sahabatpun berdiri melakukan sholat sampai kaki mereka bengkak-bengkak… sampai Alloh SWT menurunkan keringanan pada akhir surat.
Dan sesungguhnya berdiri dengan membaca ayat-ayat Alloh serta dengan merenungkan firman-firmanNya ini… benar-benar merupakan bekal dan penopang bagi seorang juru dakwah, yang dapat meneguhkan dan membantunya untuk menghadapi beban-beban dan rintangan-rintangan dakwah ... dan sesungguhnya orang-orang yang mengira akan mampu memikul dakwah yang besar ini dengan berbagai beban-bebannya yang berat tanpa dengan ikhlas beribadah kepada Alloh dengan berlama-lama dalam berdzikir dan bertasbih, sungguh mereka benar-benar keliru dan tertipu … meskipun mereka telah berjalan beberapa langkah, namun mereka tidak akan mampu untuk meneruskan dalam menempuh jalan yang benar dan lurus tanpa bekal …dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa..
Dan sesungguhnya Alloh telah menyebutkan ciri-ciri para pengikut dakwah ini, yang mana Alloh telah memerintahkan NabiNya untuk bersabar bersama mereka, bahwa mereka itu berdoa (beribadah) kepada Robb mereka pada pagi dan sore hari, dengan mengharapkan wajahNya, dan bahwa mereka itu sedikit tidur pada malam hari..dan lambung-lambung mereka jauh dari tempat tidur, mereka berdoa kepada Robb mereka dengan rasa takut dan penuh harap.. dan mereka takut kepada Robb mereka pada suatu hari yang mana orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.. dan ciri-ciri yang lain, yang mana orang tidak akan mampu melaksanakan dakwah ini dan memikul beban-bebannya kecuali orang yang yang memiliki cici-ciri tersebut.. semoga Alloh menjadikan kita masuk golongan mereka, maka camkanlah hal ini!!
[6] Lihat catatan kaki berikutnya.
[7] Jika yang dimaksud itu dasar permusuhan (ash-lul ‘adaawah) maka perkataan beliau tersebut berlaku secara mutlak, namun jika yang dimaksud adalah permusuhan secara umum, yang mencakup; menunjukkan, melaksanakan secara terperinci dan menyatakan permusuhan tersebut secara terang-terangan, maka yang dimaksud dalam perkataan tersebut adalah lurusnya Islam dan bukan hilangnya ash-lul Islam (Islam sampai akarnya). Dan Syaikh ‘Abdul Lathiif mempunyai penjelasan secara terperinci dalam bukunya yang berjudul Mish-baahudh Dholaam mengenai masalah ini. Barangsiapa menghendaki silahkan merujuk buku tersebut. Di sana ia mengatakan: “Maka orang yang memahami dari perkataan Syaikh bahwa orang yang tidak menyatakan permusuhannya itu kafir maka pemahamannya itu batil dan pandangannya itu sesat… “ Dan secara terperinci perkataannya akan kami cantumkan pada halaman-halaman berikutnya. Dan sesungguhnya tujuan kami cantumkan perkataan-perkataan mereka di sini adalah untuk menjelaskan betapa pentingnya prinsip ini, yang mana rambu-rambunya telah hilang dari para da’i (juru dakwah) pada zaman sekarang ini. Kemudian kami cantumkan keterangan-keterangan ini --- meskipun perkataan tersebut telah jelas --- dengan tujuan untuk menutup jalan bagi orang-orang yang hendak mengail di air keruh; yang selalu mencari-cari ungkapan-ungkapan yang bersifat umum dan hal-hal yang dapat memperkuat tuduhan mereka bahwa kami beraqidah khwaarij.
[8] Yang dimaksud Syaikh di sini adalah --- walloohu a’lam --- ia tidak memusuhi dan tidak membenci mereka baik secara global maupun secara terperinci, sampai meskipun dalam hati. Bahkan sebagai gantinya ia memendam rasa cinta dan kasih sayang kepada mereka. Orang semacam ini tidak diragukan lagi telah batal imannya dan telah meninggalkan diin seluruh Rosul. Alloh berfirman:
لا تجد قوما يؤمنون بالله واليوم الآخر يوادون من حاد الله ورسوله
Kamu tidak akan mendapatkan sebuah kaum yang beriman kepada Alloh dan hari akhir saling berkasih sayang dengan orang yang menentang Alloh dan RosulNya.
[9] Lihat catatan kaki sebelumnya.
[10] Di sini ada sebuah tambahan penting yang membongkar kesesatan para ulama’ pemerintah. Ketahuilah --- semoga Alloh menyelamatkan kita dari tipu daya orang-orang yang menyesatkan --- sesungguhnya orang-orang bodoh itu meskipun mereka disebut sebagai Masyaayikh dan bergelar Salafiy, yang menyebut para thoghut zaman ini dengan gelar Amiirul Mukminiin atau Imaamul Muslimiin … sesungguhnya dalam hal ini mereka mengikuti jejak khowaarij dan mu’tazilah yang tidak mengakui bahwa di antara syarat menjadi imam itu adalah harus Qurosyiy (keturunan suku Quroisy)… tentang masalah ini silahkan merujuk ke Shohiih Al Bukhooriy, Kitaabul Ahkaam, Baabu Al Umaroo’ Min Quroisy, juga kutubus sunan (kitab-kitab hadits), buku-buku fiqih dan Al Ahkaam As Sulthooniyah (buku-buku tentang ketata negaraan) yang lain. Sesungguhnya ini adalah permasalah yang sudah masyhur sehingga engkau tidak akan kesulitan untuk mendapatkannya… dan Ibnu Hajar menukil perkataan Al Qoodliy ‘Iyaadl dalam Fat-hul Baariy yang berbunyi: “Seluruh ulama’ mensyaratkan untuk menjadi imam haruslah Qurosyiy (keturunan suku Quroisy), dan mereka memasukkan hal ini ke dalam masaa-ilu ijmaa’ (termasuk permasalahan-permasalahan yang telah disepakati). Dan tidak ada riwayat dari seorang salafpun yang menyelesihinya, begitu pula orang-orang setelah mereka diseluruh daerah.” Ia mengatakan: “Dan tidaklah dianggap pendapat khowaarij dan orang-orang yang sependapat dengan mereka dari kalangan mu’tazilah.” (XXXI/91)
Kemudian saya melihat Syaikh ‘Abdulloh Abu Thiin, seorang ulama’ Dakwah Najdiyyah, beliau membantah orang-orang yang menjuluki Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhaab dan ‘Abdul ‘Aziiz bin Muhammad bin Sa’uud dengan gelar imaam, sesungguhnya dia itu hanyalah seorang ulama’ yang mendakwahkan kebenaran dan berperang di atasnya. Dan semasa hidupnya ia tidak bergelar sebagai imam. Begitu pula ‘Abdul ‘Aziiz bin Muhammad bin Sa’uud, semasa hidupnya tidak ada seorangpun yang menyebutnya sebagai imam. Namun penyebutan imam itu terjadi pada orang-orang yang menjabat setelah keduanya meninggal…” (Lihat Ad Duror As Sunniyah, juz Jihad, hal. 240). Lihatlah bagaimana seorang ulama’ robbaaniy ini memungkiri hal ini. Meskipun keduanya termasuk penyeru kebenaran. Dan ia tidak membantah dengan sombong sebagaimana yang dilakukan oleh banyak Masyaayikh pemerintah pada zaman sekarang yang bersikukuh, yang menyebut thoghut-thoghut mereka dengan sebutan imam dan amiirul mukminiin … maka beritahukanlah kepada mereka bahwa mereka itu berjalan di atas manhaj khowaarij… yang (mana paham khowaarij ini) adalah fitnah yang sering mereka lontarkan kepada tholabatul ‘ilmi (para penuntut ilmu) dan kepada para da’i yang menyerukan kebenaran dan menentang thoghut-thoghut mereka…
أولى ليدفع عنه فعل الجاني
ولذاك عند الغر يشتبهــان
و رموهم بغيا بما الرامي بـه
يرمي البريء بما جناه مباهتا
mereka menuduh secara dholim yang sebenarnya penunduhnya…
lebih layak untuk memungkiri kejahatan yang dilakukannya…
ia menuduh orang yang tidak melakukan perbuatan yang justru ia lakukan sendiri…
oleh karena itu orang yang tidak berpengalaman akan sulit membedakan siapa yang melakukannya …
Ini semua mengenai syarat imam harus Qurosyiy (dari keturunan suku Quroisy). Lalu bagaimana jika selain mereka bukan Qurosyiy (keturunan suku Quroisy) mereka juga tidak memenuhi syarat Al ‘Adaalah, ilmu, hikmah dan syarat-syarat untuk menjadi imam lainnya? Dan bagaimana jika syarat harus Islam dan beriman tidak terpenuhi? Bagaimana dan bagaimana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar